Pangkalpinang, YTKNews.id — Mengakhiri seluruh rangkaian kegiatan peningkatan kompetensi guru yang diselenggarakan oleh Yayasan Tunas Karya (YTK) pada tahun 2024 ini, bergabung dengan 3 (tiga) sekolah lain di wilayah Pangkalpinang, guru-guru SMP Santa Theresia Pangkalpinang mengikuti In House Training tentang penanganan peserta didik berkebutuhan khusus pada 30 Oktober lalu, bertempat di auditorium SMK Tunas Karya.
Kegiatan yang bertajuk “Membangun Empati dan Keterampilan Menangani Peserta Didik Berkebutuhan Khusus” dibuka oleh Bapak Kristiawan Tri Wardhana, S.Pd.Ing. selaku Kepala Divisi SDM-Personalia. Dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa YTK sudah menyelenggarakan 11 gelombang kegiatan serupa – berarti ini adalah gelombang ke-12 — dan untuk wilayah Pangkalpinang sendiri, kegiatan ini adalah kegiatan pada gelombang ke-3.
Narasumber pada kegiatan ini adalah Romo Servasius Samuel, S.Psi., M.Psi., Psikolog dan Ibu Lia Hervika, S.Psi., M.Psi. Keduanya adalah psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan (LPT) Persona. Kali ini Romo Servasius Samuel hadir bukan sebagai Ketua Yayasan Tunas Karya, melainkan sebagai seorang psikolog klinis. Itu ditunjukkan dengan batik berbeda yang dikenakan beliau, yakni batik ungu yang menjadi seragam psikolog klinis Indonesia, sedangkan peserta yang adalah guru-guru YTK mengenakan batik kuning yang menjadi ciri khasnya.
54 orang guru sangat bersemangat berdinamika sepanjang kegiatan, dari pagi sampai sore. Setelah acara pembukaan, sesi pertama diisi dengan screening kondisi anak-anak berkebutuhan khusus beserta dengan orang tuanya. Hadir dalam kegiatan tersebut 9 orang anak berkebutuhan khusus dari ke-4 sekolah bersama dengan orang tua/wali mereka masing-masing, yang memang diundang secara khusus.
Screening bagi orang tua dilakukan oleh Romo Samuel sendiri di ruangan Kepala SMK Tunas Karya. Screening terhadap kondisi anak-anak berkebutuhan khusus dilakukan oleh para guru dalam kelompok-kelompok kecil di mana masing-masing kelompok mendapatkan 1 anak untuk diobservasi; setiap anak didampingi oleh wali kelasnya yang bertindak sebagai orang tua. Screening bagi anak-anak oleh para guru ini didampingi oleh Lia Hervika.
Sebelum masuk ke sesi berikutnya, yakni sesi kedua, Lia Hervika mengajak para guru dan anak-anak untuk melakukan ice breaking dengan gerak dan lagu. Setelah itu Ibu Lia mengajak para guru untuk mengenal karakteristik setiap kategori penyandang disabilitas. Pada sesi ini, anak-anak dan orang tua mereka sudah tidak disertakan lagi.
Setelah break makan siang, dalam kelompok-kelompok, peserta bermain dengan properti yang memang sudah diinfokan untuk dibawa, yakni selendang atau kain panjang. Dengan mata tertutup, secara berkelompok peserta harus menemukan benda yang ditentukan. Permainan ini melatih kepekaan semua peserta dan mengajak peserta untuk banyak mendengar.
Sesi materi yang terakhir diisi oleh Romo Samuel, tentang cara-cara menangani dan mendampingi peserta didik berkebutuhan khusus. Sesi penutup dikreasikan sedemikian rupa dengan ada penampilan peserta per kelompok yang memperagakan suasana kelas di mana terdapat peserta didik berkebutuhan khusus kategori-kategori tertentu, juga pertunjukan seni melalui puisi dan lagu berisi ajakan kepedulian terhadap anak-anak berkebutuhan khusus.
Dengan pelatihan ini diharapkan selain para guru mengetahui cara yang tepat untuk mendampingi peserta didik berkebutuhan khusus, para guru hendaknya memiliki hati dan rasa empati terhadap anak-anak istimewa ini. Demikian pesan Romo Samuel dalam sambutan penutupnya dan mengakhiri seluruh rangkaian kegiatan IHT. (san)
Kontributor: Lidwina