Home » Terminologi Pendidikan Karakter Dalam Keluarga

Terminologi Pendidikan Karakter Dalam Keluarga

oleh

Batam-YTKNews.id–Perhatian dan kasih sayang keluarga terhadap anak adalah dasar serta pondasi pendidikan dari pembentukan nilai kepribadian. Keluarga merupakan lingkungan pertama dalam meletakkan dasar kepribadian sebelum anak terjun ke lingkungan yang lebih luas. Kepribadian yang tumbuh pada anak mencakup banyak aspek, diantaranya perilaku, kebiasaan, komunikasi, sikap, serta sifat yang tumbuh seiring perkembangan usia.

Di jaman sekarang atau era industri yang penuh dengan tuntutan aktivitas tentu tidak ada keluarga atau terkhusus orang tua yang tidak sibuk. Kesibukan ini sering menjadi alasan bahwa anak dituntut harus mandiri, kerja keras dengan belajar secara otodidak. Tuntutan kemandirian jika tidak didampingi dengan tepat maka kepribadian anak akan menyimpang dari tata nilai etika sosial yang diinginkan.

Impian tentang kepemilikan tata nilai etika sosial pada anak merupakan investasi terbesar keluarga agar karakter serta intelegensi anak tumbuh pada era lingkungan sekitarnya. Kepedulian keluarga terhadap anak adalah bentuk cinta sejati keluarga dalam mengantar masa depannya. Oleh karena itu, keluarga berupaya mencipta atau membangun karakter pribadi anak agar tumbuh sesuai cita-cita bersama.

Siapapun yang peduli pada pendidikan anak berarti mencintai masa depan. Slogan di atas merupakan bentuk kesadaran yang diciptakan oleh kalangan masyarakat termasuk pendidik demi peningkatan kualitas masa depan bangsa serta masyarakat. Berbicara mengenai makna dari kepedulian berarti terbentuknya sikap responsif serta kepekaan terhadap situasi lingkungannya.

Kepedulian dari pendidikan itu sendiri tidak diletakkan pada pemangku proses pendidikan yaitu sekolah saja, namun yang lebih utama bahwa pendidikan akan terasa maju berkembang jika keluarga dalam hal ini orang tua mengambil peran aktif dalam proses mutu anak yang akan diharapkan. Harapan tersebut menjadi penting karena harapan dapat dijadikan landasan utama dalam menentukan pola pendampingan anak baik dari segi mental, karakter, keimanan, dan lain sebagainya.

Pendidikan itu dinamis

Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang sejarah manusia itu sendiri. Tanpa pendidikan maka anak tidak dapat berkembang sesuai impian atau cita-citanya. Pendidikan itu merupakan proses pembentukan kemampuan yang tumbuh berkesinambungan.

Pendidikan dari awal mula sampai sekarang jika direnungkan terasa dinamis. Dikatakan dinamis karena pendidikan begitu berubah dari waktu ke waktu dan prosesnya (kurikulum) selalu dibenahi. Pembenahan bukan karena jenuh dengan prosesnya tetapi karena mengikuti arus jaman. Demikian halnya keluarga sebagai pondasi utama pendidikan anak hendaknya memahami perkembangan yang sedang berlangsung di lingkungannya. Jika perlu metode pendampingan yang dipakai orang tua dalam kurun waktu tertentu harus direvisi atau diubah sesuai arus jaman.

Perubahan pada prinsipnya merupakan hal yang wajar dan menuntut suatu tatanan baru sesuai perkembangan. Kondisi sekolah sebagai proses pendidikan memiliki keterbatasan waktu yaitu antara 7-8 jam/ hari dalam mendampingi anak-anak. Berarti sisa waktu pengembangan anak berada dalam lingkungan keluarga serta masyarakat. Oleh karena itu, sangat disayangkan apabila beban pendidikan hanya diletakkan di pundak sekolah. Pendidikan anak hendaknya menjadi tanggung jawab bersama yaitu orang tua, sekolah dan masyarakat.

Alternatif pendidikan yang diterapkan keluarga dapat dijadikan tolok ukur dalam upaya memberikan pengaruh pada pola pikir serta orientasi anak. Disisi lain tentunya dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pola pikir orang tua akan semakin tinggi atau berbobot pula pola pikir dalam pendampingan karakter anak. Pendekatan yang berbobot akan membawa dampak kemajuan terhadap individu anak. Pendekatan yang dilakukan orang tua dalam bentuk pemberian pengaruh pada anak merupakan bentuk hubungan korelasional dimana keadaan satu dengan yang lain akan menghasilkan hubungan sebab akibat yang saling mengembangkan.

Realita menunjukkan bahwa pendidikan yang dinamis terletak pada ada tidaknya proses pendidikan itu sendiri. Proses pendekatan pendidikan dalam keluarga akan membentuk tingkat kualitas anak dalam menjalankan kehidupan. Namun disisi lain, keluarga sangat dituntut untuk terus belajar dalam menentukan pola yang tepat dalam pendidikan anak. Oleh karena itu, keluarga hendaknya tidak jemu atau bosan untuk mencari cara atau alternatif pendidikan yang tepat.

Dalam penerapan pendidikan karakter, keluarga hendaknya mengajak anak untuk dapat melihat, mendengarkan, dan melakukan suatu hal yang disesuaikan dengan pola karakter yang diinginkan. Menurut Dr. Martin Luther King “kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan ahkir pendidikan yang sebernarnya” (intelligence plus character that is the goal of true education). Makna dari pemikiran di atas jika dijabarkan mengandung bahwa pendidikan karakter diarahkan pada insan cerdas, berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak yang kuat demi masa depannya.

Dalam pendidikan karakter, orang tua perlu melakukan pembiasaan agar anak mudah untuk beradaptasi serta pada ahkirnya sadar akan konsekuensi dari keputusan yang dilakukannya. Dengan adanya pendidikan karakter yang sistematis dan berkelanjutan secara tidak langsung anak akan menjadi cerdas dalam mengolah rasa, emosi, serta empati dalam menghadapi segala tantangan yang ada. Memang jika direnungkan adanya pola yang sistematis akan menjebak anak pada sebuah rutinitas semu yang mengarah pada kekosongan jiwa. Oleh karena itu, pendidikan karakter anak dari keluarga membutuhkan kesadaran diantara kedua belah pihak. keluarga haruslah menjadi cermin utama anak dalam menjalani proses aktifitasnya.

Termonologi ‘karakter’ memuat dua hal penting yaitu nilai (values) dan kepribadian. Terminologi ‘karakter’ akan jelas apabila perwujudan karakter antara pemikiran serta aplikasi terarah dan sejalan. Oleh karena itu, keluarga memiliki peranan penting dalam menempatkan tata nilai serta pribadi anak dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman nilai dan kerpribadian membutuhkan kesabaran serta waktu yang panjang. Dengan modal pengalaman yang cukup maka keluarga perlu mengajarkan hal-hal yang positif padanya. Segudang pengalaman keluarga dapat dijadikan teori pembelajaran yang hidup serta menjadi acuan dalam meraih cita-cita anak.

Anak adalah aset keluarga. Dan sebagai aset keluarga diperlukan kerja keras agar arah tujuan anak menjadi nampak. Ibarat emas yang sedang digosok agar mengkilap, anak kiranya terus digosok karakternya agar terlihat indah dan berkualitas karatnya. Apabila kualitasnya bagus maka anak siap untuk dipamerkan kepada banyak orang bahwa anaknya berbobot serta berkualitas tinggi.(JnP/YTKNews.id)

Oleh F. Agus Sekti Susila, M.Si., Kepala SMP Yos Sudarso

Anda mungkin juga suka

Tinggalkan Komentar

* Dengan menggunakan formulir ini Anda setuju dengan penyimpanan dan penanganan data Anda oleh situs web ini.