Pangkalpinang, YTKNews.id — Memasuki hari ketiga Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), semangat peserta didik kelas VII semakin membara. Bagaimana tidak? Peserta didik masih digantung dengan rasa penasaran, setelah hari kedua mereka lalui dengan materi dasar membuat simpul tali kur. Rasa penasaran yang menghantui membuat waktu terus berlalu tanpa terasa hingga waktu pulang tiba. Setelah diawali dengan remedial ASTS untuk mata pelajaran Matematika dan Bahasa Mandarin, peserta didik kembali dipusatkan untuk menyelesaikan anyaman tali.
“Dengan adanya P5 rekayasa dan teknologi ini, anak diminta terampil untuk membuat suatu benda yang bisa digunakan dalam jangka waktu yang panjang dan bisa memperindah lingkungan sekolah. Bahan-bahan yang digunakan sebagian dari barang bekas yang tidak terpakai.” ujar Andre, selaku koordinator P5 kelas VII.
Lalu, sebenarnya apa yang dibuat oleh peserta didik kelas VII? Anyaman tali adalah jawabannya. Anyaman tali tersebut akan digunakan untuk menaruh pot dari botol bekas yang akan diisi dengan tanaman.

“Khusus hari ini, targetnya peserta didik mampu menyelesaikan anyaman tali untuk gantungan di depan kelas.” lanjut Andre.
Setelah menghabiskan waktu selama tiga jam pelajaran, pengerjaan peserta didik mulai terlihat hasilnya. Tali kur yang dianyam sedemikian rupa mulai terlihat menjuntai. Proses ini memberikan pengalaman baru lagi bagi peserta didik. Peserta didik kembali menemukan kesulitan baru yang berbeda dari hari sebelumnya.
“Kemaren kesulitannya saat mengikat tali, talinya harus dipegang. Terus ngiketnya harus kenceng, jadi tangan agak sakit juga. Hari ini semakin sulit karena sudah masuk ke banyak variasi. Talinya dililit sana sini, terus gantian kesana kesini lagi.’’ ucap Irene Marline Sitorus, siswi kelas VII B.

Kesulitan tersebut juga disadari oleh para guru pendamping yang menjadi bagian tim P5 kelas VII. Melihat hal itu, membuat para guru pendamping harus lebih memperhatikan proses pengerjaan agar anyaman tali yang dibuat bisa maksimal dan layak digantung. Para guru pendamping membantu peserta didik yang kesusahan menarik tali dan tidak jemu-jemunya mengajarkan cara menyimpul tali, khususnya di bagian akhir setelah untaian tali sudah memenuhi kriteria panjang yang ditentukan. Kesulitan yang dialami dan berakhir pada kesalahan. Pikiran mereka terasa dililit, namun justru itu yang membuat mereka menjadi semangat.
“Aku sama Grefa semangat banget, pokoknya kerja terus di depan pintu kelas.” ungkap Valeria, siswi kelas VII A.
Hal baik tersebut ternyata menular pada sosok Pak Iswantara, salah satu guru pendamping P5 Kelas VII.
“Selama P5 hari ini, saya melihat anak-anak begitu semangat walaupun ada kesalahan. Melihat anak-anak yang semangat, maka saya juga harus semangat,” ucap Iswantara pada briefing pulang guru dan karyawan hari itu. Pada akhirnya, kita harus semangat sekalipun hal-hal yang kita lalui terasa sulit.
Kontributor: Theresia Feby P.