Tanjunguban, YTKNews.id—Seperti biasanya masyarakat Tionghoa selalu menantikan tahun baru Imlek tiba, saat dimana kebersamaan dalam keluarga selalu dirajut kembali. Begitu juga hal yang terjadi di TK Fransiskus Tanjung Uban pada 1 Februari 2024 lalu.
Para siswa memberikan perhatian secara khusus untuk menyambut Imlek dengan membuat atau menghias ranting-ranting kering yang dijadikan pohon Sakura dengan hiasan bunga-bunga sakura berwarna merah dan pink. Bersama para guru yang mendampingi, anak-anak terlihat sangat antusias masing-masing berupaya agar memperoleh bagian untuk memasangnya.
Miki Adelina, S.Pd selaku kepala TK Fransiskus Tanjunguban berharap kegiatan Imlek di sekolah dapat menjadi kesempatan bagi anak anak untuk belajar tentang tradisi dan budaya Tionghoa.
“Dengan mempelajari tradisi Imlek, anak anak dapat mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang keragaman budaya di Indonesia,” ujar Miki.
“Kegiatan Imlek di sekolah juga dapat menjadi momen yang berarti dalam rangka Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB),” pungkasnya.
Miki mengatakan para guru juga tak ketinggalan memasang balon-balon lampion berwarna merah yang menjadi corak khusus sebagai hiasan yang dipajang pada Tahun Baru Imlek. Selain menjadi sarana untuk menanamkan kebiasaan yang masih harus dihidupi dan dijunjung tinggi, juga menjadi sarana untuk membiasakan anak-anak agar semakin memiliki cita rasa dan penghargaan terhadap nilai-nilai budaya yang terkandung didalamnya.
Demikian pula menurutnya, anak-anak diharapkan juga memahami kebiasaan atau budayanya masing-masing yang menjadi ciri khas dalam kehidupan bermasyarakat pada umumnya.
Kegiatan ini memiliki tujuan untuk memberikan edukasi yang baik tentang kerja sama, keterlibatan dan rasa memiliki sekolah secara bersama.
Tidak hanya itu. Kegiatan juga membentuk anak memiliki kreatifitas dalam menata ruangan juga kreatifitas dalam menampilkan keindahan–keindahan ruangan dengan berbagai macam aksesoris yang menyemarakkan suasana dan ruangan yang ada.
Selain itu, kegiatan ini secara langsung mendidik anak-anak untuk mengenali sejauh mana kemampuan yang dimilikinya, baik itu, kognitif, psikomotorik, sosial maupun afektifnya. (sfn/nys)
Kontributor : Sr Gemma Vitalis, KKS