Belinyu, YTKNews.id – Suasana berbeda tampak mewarnai kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Satuan Pendidikan Ramah (MPLSR) di SMP Santo Yosef Belinyu pada Jumat (18/7). Di tengah semangat siswa-siswi baru yang sedang mengikuti MPLSR, hadir sosok istimewa yang membawa suasana hangat sekaligus reflektif: RD Stefanus Tomeng Kelen, M.I.Kom, salah satu pengurus Yayasan Tunas Karya (YTK).
Kehadiran Romo Stef bukanlah tanpa alasan. Dalam kunjungannya ke Belinyu, ia menyempatkan diri meninjau unit-unit sekolah di bawah naungan YTK serta secara khusus menjadi narasumber dalam kegiatan MPLSR SMP Santo Yosef Belinyu. Kunjungan ini menjadi momen langka yang tak hanya menyegarkan semangat para pendidik, tetapi juga menginspirasi peserta didik baru.
Sebelum mengisi materi di hadapan para siswa, Romo Stef terlebih dahulu memberikan peneguhan singkat namun bermakna dalam briefing pagi para guru dan karyawan sekolah. Dalam pesannya, ia menekankan pentingnya membangun identitas dan kekhasan sekolah sebagai daya tarik utama bagi masyarakat.
“Perlu menciptakan kekhasan sekolah sehingga menarik banyak orang tua untuk menyekolahkan anaknya di sini. Bangun branding baru, ubah pola pikir, dan yakini bahwa Belinyu punya harapan yang lebih baik ke depan. Para pendidik harus solid, saling belajar, menjadi teman seperjalanan,” tegas Pastor Tomeng.
Ia juga mengajak para guru untuk melek teknologi dan tidak takut menghadapi kecanggihan Artificial Intelligence (AI), serta tetap mengingat pentingnya literasi konvensional: “Jadilah teman yang melengkapi dalam bidang teknologi. Jangan lupa, tetap baca buku!”
Setelah santap pagi, Romo Stef angsung menuju Ruang Merah Putih, tempat kegiatan MPLSR berlangsung. Ia disambut meriah oleh 40 peserta didik baru yang tampak antusias dan penuh semangat mengikuti sesi bertema “Etika Berkomunikasi”.
Dalam penyampaian materinya, Romo Stef mengajak siswa untuk menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga tangguh secara karakter. Ia menekankan bahwa komunikasi bukan sekadar berbicara, melainkan seni membangun relasi dengan empati.
“Belajarlah berkomunikasi dengan hati. Di rumah, di sekolah, dengan orang tua, guru, maupun teman, semua perlu dilakukan dengan empati,” ujarnya.
Sesi berlangsung interaktif. Beberapa siswa berani mengajukan pertanyaan dan berdiskusi aktif, menandakan ketertarikan mereka terhadap topik yang dibahas.
Salah satu siswi kelas VII, Anjasmara Sitorus, mengaku senang bisa belajar langsung dari Pastor Tomeng. “Materinya sangat bagus, membuat saya lebih memahami bagaimana seharusnya bersikap dalam komunikasi. Meski ada beberapa istilah baru yang perlu saya pelajari lagi, saya merasa ini bekal luar biasa untuk kami,” tuturnya.
Kepala SMP Santo Yosef Belinyu, Marcellinus Eko, turut menyampaikan rasa syukurnya atas kunjungan ini. “Kami sangat terhormat dan berterima kasih atas kunjungan Pastor Tomeng. Kehadiran beliau menjadi penyegar rohani dan inspirasi, bukan hanya bagi siswa baru, tapi juga bagi seluruh tenaga pendidik. Kami akan terus berupaya membangun sekolah yang ramah, berkualitas, dan berkarakter,” ungkapnya.
Kunjungan RD Stefanus Tomeng Kelen ke SMP Santo Yosef Belinyu bukan sekadar acara seremonial. Ia menyalakan semangat baru, membuka cakrawala pemikiran, dan mengingatkan bahwa setiap sekolah punya potensi untuk tumbuh dan menjadi mercusuar pendidikan yang mencerdaskan dan memanusiakan.
MPLSR kali ini bukan hanya tentang mengenal lingkungan sekolah, tetapi juga tentang menemukan makna lebih dalam dalam membentuk karakter – dimulai dari cara kita berkomunikasi.***