Pangkalpinang, YTKNews.id-–Jave, salah satu siswa SMP St Paulus berduka. Pasalnya Nenek (Apho) yang sungguh ia cintai meninggal dunia. Bagaimana tidak sedari kecil sepeninggal mamanya, Javelino tinggal dan tumbuh bersama Apho nya yang saat ini sudah pergi meninggalkan Jave untuk selama-lamanya.
Selama ini, Javelino tinggal bersama aphonya di Girimaya. Dan menjadi begitu beda nasibnya dengan anak-anak lain. Karena, beberapa bulan terakhir dia bersekolah sambil merawat aphonia. Dan diketahui, aphonia menderita sakit diabetes dan jantung.
Tekadang saat pulang sekolah, tatkala teman-temannya berkumpul, bermain di GOR SMP Paulus saat pulang sekolah, dengan sabar Jave harus buru pulang ke rumah aphonia. Sedangkan dalam harinya dia ingin sekali bermain basket bersama teman-temannya..
SMP St Paulus menjadi tempat pilihan Jave bersekolah, karena menurutnya, SMP St Paulus adalah keluarganya. “Suasana sekolah membuat saya merasa memiliki keluarga yang begitu lengkap,” ungkap Jave.
Lantas, di SMP St Paulus lah, Jave merasa begitu bahagia dan bisa menjadi diri sendir..Walaupun perjalanan dari rumah ke sekolah cukup jauh, dan beberapa sekolah harus dia lewati, kecintaan nya terhadap SMP Sto Paulus membuatnya tak pernah pupus dalam bersekolah.
Walau Jave bersedih ditinggal sang Nenek,tetapi sang Apho yang sudah membesarkan sejak kecil, telah menumbuhkan keberanian dalam dirinya. Lantas, kini dia menjadi salah satu pengurus OSIS di bidang “Pendahuluan dan Bela Negara”
OSIS SMP Santo Paulus yang diketuai Oleh Maria Anggelica Rouli Manalu ini mengajak Para guru dan teman-teman nya untuk berbagi kasih.
Dengan spontan pula komunitas sekolah SMP St Paulus mengumpulkan uang sebagai tanda turut berduka cita atas kepergian Apho Jave. Uang tersebut diberikan secara langsung oleh Ketua OSIS SMP St Paulus. Jave dan keluarga begitu terharu melihat perhatian dan kasih yang dilakukan komunitas SMP St Paulus ini.
Jujuic, seeorang guru di SMP St Paulus, mengungkapkan, Jave terhitung sebagai anak laki-laki yang kuat, dan berani. “Diia seorang pelajar yang perlahan bangkit dari kesedihannya,” tutur Jujui.
“Saya pernah menghantarkan Jave pulang sekolah, dengan malu dia menolak tawaran saya, namun saya memaksa karena saya katakan rumah kita searah,” kisah Jujui lagi.
“Sekilas Jave tak tampak seperti anak yang terluka. Semangat anaku Jave, di balik awan yang kelam tersimpan Matahari yang begitu terang,” pungkas Jujui memberi motvasi kepada Jave. (nys)
Penulis : Jujui Sagala