Parittiga, YTKNews.id -Siapa yang membayangkan bahwa di Desa Patittiga, Bangka Barat, ada sekolah swasta katolik yang begitu bersaudara dengan masyarakat? Ternyata ada. Sekolah itu, tak lain tak bukan adalah Sekolah St Hilarius. Sekolah ini terdiri dari TK-PAUD, SD dan SMP.
Uniknya, kompleks sekolah itu mengelilingi Gereja beratap kehitaman dan tembok putih yang bernama sama dengan Sekolah itu. Di situ, Gedung SMP nya sedang dibangun. Pasalnya sedang terlihat tukang sedang mencat Gedung yang mengitari belakang gereja itu, dengan cat kuning dan biru.
Usut punya usut, ternyata warna kuning biru warna simboliknya yang mengkomunikasikan identitas Yayasan Tunas Karya, yayasan yang mengelola sekolah yang luar biasa itu.
Ketika tim YTKNEWS.ID menyambangi kompleks sekolah itu, kami tidak dianggap asing oleh anak didiknya. Bahkan anak-anak berusia TK, SD dan SMP yang berpapasan dengan kami, sedikit menunduk, meletakkan tangan di dada, dan memberi salam, selamat pagi.
Sedangkan di depan gereja, anak didik mulai TK sampai SMP memanggungkan kreatifitasnya mulai dari bernyanyi, menari dan pertunjukkan seni lainnya. Panggungnya tanpa panggung. Pasalnya, mereka menggunakan serambi di pintu masuk Gereja sebagai panggung.
“Tujuannya supaya para peserta didik yang sedang menampilkan acaranya bisa berteduh tatkala hujan,” tutur seorang Suster yang menjadi guru di SD St Hilarius. Tidak hanya para peserta didik dan guru yang berperan momen ini. Pasalnya, para orang tua murid yang juga terlihat sebagai “sutradara dan mentor bagi anak-anaknya yang akan tampil di serambi gereja itu.
Tanpa harus memastikan ke pihak panitia, dalam benakku, saya menyebut serambi gereja itu sebagai “Serambi Rumah Keluarga St Hilarius.” Sedangkan acara itu, saya sebut sebagai pesta keluarga.
“Iya ini cocok disebut pesta keluarga. Kami mengadakan pesta ini secara spontan, tetapi didukung oleh orangtua murid dan masyarakat,” tutur Kepala Sekolah SD St Hilarius, Yohanes Asep Irawan, S.Pd di Kantor Kepala Sekolah, 13 Januari 2022. “Selain itu kami memaknai nilai solidaritas dan kekeluargaan yang hidup di tengah sekolah kami,” imbuh Kepala SD St Hilarius.
Situasinya seperti ada konser Band papan atas di lapangan terbuka. Sorak-sorai penonton tidak kalah seru dengan atusiasme penonton konser musik artis terkenal. Unik, walaupun ada kategori penonton konser, tetapi mereka saling mengenal. Berbeda dengan penonton pada konser biasanya.
Dan, kala itu, langit Parittiga meneteskan gerimis hujan, namun, orangtua murid, masyarakat dan khalayak lainnya itu, tidak bergeser dari spot atau lokasi itu.
Semuanya terjadi wajar adanya. Walaupun guru bernama Fransisca Putri Wulandari tampil sebagai MC untuk pesta keluarga itu, moment tersebut tetap terlihat tanpa skenario. Semuanya ini terjadi, hanya karena pihak sekolah mempunyai hubungan baik dengan masyarakat. Dari sering berkomunikasi dengan masyarakat dari rumah ke rumah.
“Masyarakat dan orangtua merindukan agar acara ini terlaksana, setelah kosong selama masa pandemi ini,” ujar Kepala Sekolah SMP St Hilarius, Dika Restyan Sari, S.Si. Ibu Guru yang sering disapa Bu Dika ini pun menambahkan, kerinduan masyarakat itu membuat para pendidik dan tenaga kependidikan di ketiga sekolah itu begitu semangat dan antusias untuk membuat acara itu.
“Ternyata hubungan baik dengan masyarakat, membuat suasana sekolah kami dirindukan masyarakat. Maka kegiatan ini, walauapun tanpa dirancang sebagai kegiatan promosi, tetapi dengan sendirinya berguna karena menjadi moment promosi sekolah St Hilarius,” pungkas Bu Dika. (Stefan)