Batam, YTKNews.id—Sering kita dengar dan baca ada jargon bahwa kebersihan adalah bagian daripada iman. Ada juga yang lebih keren, GPS, Gerakan Pungut Sampah. Istilah-istilah ini, sudah biasa. Tetapi yang satu ini lebih unik. Dan hal itu ditemukan di SD Yos Sudarso III Batam.
Sesuatu yang unik itu muncul dari Kepala SD Yos Sudarso III, Marianus Sihotang, S.Fil. Ia memiliki istilah lain yakni LiSA, Lihat Sampah Angkat. Apapun istilah atau pun jargon jika tidak menjadi budaya bangsa, budaya masyarakat, sampah tetap ada di mana-mana. Sampah ada di jalan, ada di selokan, sampah ada di pasar. Tidak sedikit juga petugas sampah yang bekerja untuk membersihkan sampah, sampah tetap ada di mana-mana.
Walaupun di sekolah ini memiliki seorang pramusaji, sama seperti sekolah YTK lainnya, para peserta didik di sini dilatih untuk memiliki budaya bersih. Bersih berarti bekerja. Bekerja seperti seorang pramusaji. Layaknya seperti seorang pramusaji, para siswa SD Yos Sudarso III ini, bekerja seperti menyapu lantai, mengepel lantai, membersihan toilet, jika membawa jajanan kemudian jatuh dan mengotori lantai maka dialah yang akan membersihkan lantai itu.
Sepantaun kami, banyak anak yang sudah terbiasa dengan pekerjaan semacam ini, tapi banyak juga anak yang belum terbiasa. Di Sekolah ini kita mengajari anak untuk kerja, ya piket kelas. Sebelum meninggal kelas, kelas harus bersih. Lantai harus disapu dan kemudian dipel. Di setiap kelas telah dibagi peket kelas, dan berdasarkan piket itu mereka melaksanakan tugas ini. Kata salah seorang guru.
Marianus memaparkan bahwa selain ilmu secara akademis, tapi juga pendidikan karakter, sopan santun, tanggungjawab juga dilatih dan dibudayakan di tempat ini. kendati di sini disiapkan seorang Pramusaji, anak-anak tidak cuek dengan kebersihan lingkungannya. “Anak-anak akan merasa lebih bertanggungjawab jika mereka sendiri yang kerjakan. Mereka akan merawat kebersihan, dengan sendirinya begitu. Ini adalah salah satu cara melatih kemandirian,” papar Marianus.
Ada banyak sekolah yang sudah mengadopsi gaya pendidikan seperti ini. Awalnya anak-anak merasa risih atau engan, apalagi yang dirumahnya ada pembantu rumah tangga. Maka si anak berpikir itu adalah tugas pembantu.
Mari kita contoh sekolah-sekolah yang ada di Jepang. Negara sudah maju, rakyat makmur tapi kerja seperti ini sudah diajarkan dan dibiasakan sejak masih kecil. Ini tujuan jangka panjang kita, membentuk generasi penerus bangsa yang bukan saja pintar dan cerdas tapi juga peduli dengan keadaan sekitarnya. (sfn)
Walau ada pramusaji, mereka bekerja, turut ambil bagian membersihkan sekolahnya
Reporter : Yohanes Bosco Sea