Batam, YTKNews.id—-Kita pada umumnya terpukau, terhipnotis dengan berita besar, berita yang heboh. Tokoh atau individu yang berhasil atau pun yang berpengaruh. Kita penikmat berita. Kita menganggukkan kepala, mengacungkan jempol kepada orang-orang hebat.
Kali ini saya ingin mengangkat berita yang remeh temeh, bisa jadi antah berantah, remah-remah, begitulah kata tukang kayu. Di setiap sekolah YTK, pasti ada seorang pramusaji. Rekrutan seorang pramusaji tidak membutuhkan ijazah tinggi, segudang pengalaman kerja. Seorang pramusaji biasanya tidak selaku tampil di depan. Dia ada dibelakang, jauh dari kesibukan para dewan guru.
Dia selalu tampil jika sebuah acara telah selesai untuk membersihkan dan membereskan semua peralatan. Dan jika para guru telah bergegas pulang, dia pun masih berada di tempat sampai benar-benar tuntas. Tidak banyak cakap, dia bekerja diam-diam. Kalaupun ada makan bersama biasanya, dia yang paling terakhir. Tidak juga ada kata kata protes. Sungguh mengungkapkan sebuah kesetiaan.
Musa Anwar, atau Om Musa biasa kami memanggilnya. Pria tangguh bertubuh pendek, benar-benar mengambil peran seperti yang dideskripsikan di atas. Om Musa sudah menekuni pekerjaan ini sejak tahun 2007. Awalnya dia bekerja di SMA Yos Sudarso Batam Centre. Sejak tahun 2019 silam dia dimutasikan ke SD Yos Sudarso III. Sebagai seorang Pramusaji, kata Musa, ia harus datang lebih awal untuk membuka pintu sekolah dan menyiapkan ruangan kelas. Setelah itu saya menyiapkan air panas untuk membuat kopi dan atau teh untuk para Guru.
“Saya juga harus membersihkan halaman, lantai sekolah saat anak-anak di kelas. Tugas saya lainnya adalah memastikan ketersediaan air bersih di toilet,” ujar Om Musa. Yang menjadi kendala, menurut pramusaji SD Yos Sudarso III Batam ini, biasanya dialaminya ketika musim panas. “Ketika itu, ketersediaan air di wilayah Tanjung Uncang ini berkurang. Dengan siswa sebanyak ini tentunya tidak cukup,” katanya.
Lantas kata Musa lagi, mereka harus mencari alternatif lain yakni membeli air dari lori air. “Syukurlah selama ini lori air bersiap untuk memenuhi kebutuhan kita,” aku pria asal Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini yang sudah berkarya di Yayasan selama 15 tahun.
“Saya senang dimutasikan ke Yos Sudarso III ini karna kerja saya tidak sepadat di SMA Yos Sudarso. Di sana siswanya sebanyak seribuan, jadi selalu saja ada kerjaan. Di sini saya kerja saya lebih ringan karena siswa sebanyak tigaratusan. Walaupun demikian semua pekerjaan saya dapat dilaksanakan dengan baik,” ungkapnya.
Om Musa berdasarkan penuturan bahwa selama bekerja sebagai Pramusaji di Yayasan Tunas Karya, beliau merasa senang dan bahagia. Dengan bekerja di sini saya dapat menghidupi keluarga saya dengan baik. Walau ini Sekolah Katolik namun menerima juga karyawan non Katolik dan memperlakukan semua karyawan secara adil tanpa membeda-bedakan agama dan suku. Saya senang bekerja di Yayasan ini. Para Romo dan pengurus Yayasan sangat baik. Mereka sering mengunjungi ke rumah bila ada Hari Raya Idul Fitri. Ini adalah agenda setiap tahun. (red)
Reporter : Yohanes Bosco Sea