( Foto : Aktivitas penerimaan amplop kelulusan kelas 6 SD St. Hilarius Parittiga-15 Juni 2021).
Pangkalping-YTKNews.id“Ayo, basah-basahan, agar kuyup hidupmu, sehingga kamu bisa memiliki daya haru terhadap suatu momentum,” kata Warih Wisatsana meniru Umbu Landu Paranggi.
Pagi-pagi buta itu, hujan yang serius mengguyur wilayah Parittiga. Langit gelap, matahari nyaris tidak muncul sama sekali. Hanya bias-bias terangnya dibalik awan tebal, yang membuat jam 07.00 itu, terlihat sebagai pagi. Jalanan dan Pertamina depan sekolah, biasanya ramai, penuh hiruk pikuk para pelancong tingkat lokal, juga bapak/ibu “nge-rit” (beli) minyak. Biasanya, jalanan ramai oleh ‘Mak-Mak’ rumah tangga belanja sayur untuk rumah, pencari timah beli minyak, tak lupa, di pertigaan sekolah, dari sebuah warung, setiap pagi merdu terdengar lantunan lagu Meriam Belina ‘Untuk Sebuah Nama’. Pagi itu, sepi, senyap, hanya bunyi hujan. Suara merdu Meriam Belina, terkunci hujan. Kecut benar perasaan guru-guru Hilarius saat itu.
Lagi-lagi kecut. Bagaimana tidak? Hari itu (15 Juni) SD St. Hilarius akan melaksanakan penerimaan amplop kelulusan siswa/i kelas 6. Persiapan sudah sangat matang. Konsep penerimaan amplop kali ini, outdoor. Panggung telah disiapkan, banner dan segala kelengkapan telah tegak berdiri. 3 hari sebelumnya, guru-guru turun gunung, jadi buruh angkut batu-bata untuk dijadikan panggung. Umbul-umbul merah putih berlogo Pancasila, berdiri tegas mengitari panggung. Kerja sama SD St. Hilarius dan Yamahapun, berbuah hasil, 3 tenda hadiah buat kelulusan hari itu. Bahkan simulasi penerimaan amplop, telah dibuatkan videonya, dibagikan ke seluruh siswa, orang tua murid, komite dan semua yang terlibat. Tidak lupa pula, simulasi itu masuk youtube, jadi konten salah satu guru youtuber Hilarius. Imajinasi para guru dihari-hari persiapan itu, sungguh liar tak terbendung.
( Foto : Guru-Guru SD St. Hilarius Parittiga-15 Juni 2021).
Guru-guru Hilarius membayangkan koreografi ruang sekelas penerima hadiah kalpataru. Siswa/i bersama orang tuanya datang, mengisi absen di pos pertama, melewati prokes yang ketat di pos kedua, maju dengan megahnya (di antara umbul-umbul merah putih Pancasila) ke panggung, menerima amplop, medali, ucapan selamat para guru, berakhir dengan sesi foto anak bersama orang tua, pada photobox yang disiapkan. Instrumental Hymne guru, dimainkan seorang siswa kelas 5 dari keyboardnya, mengiring pulang siswa/i kelas 6 keluar gerbang. Hingga hujan 2,5 jam pagi itu, mengambil semua kemewahan imajinasi ini.
Tepat jam 09.30 saat hujan tersisa rintik, seorang guru nyeletuk, “ kalau menunggu sampai hujan habis, acara bakal tidak jalan”. Maka, semua guru sepakat bekerja dalam hujan. Anak-anak kelas yang tadinya ditahan di rumah hingga hujan reda, diundang untuk boleh datang. Semua guru berdiri pada posnya masing-masing. Hujan rintik, yang mengguyur basah kepala dan baju Yayasan Tunas Karya (warna kuning), tidak lagi dipedulikan. Cita-cita menuntaskan imajinasi megah para guru, lebih kuat. Acara penerimaan amplop kelulusan hari itu, berjalan mantap hingga jam 12.00 pas. Hujan berhenti tepat pada jam tersebut, dan langit terang benderang. Berakhir dengan makan siang bersama. Maaf hujan, hari ini nyali guru-guru Hilarius lebih hebat dari gemuruhmu, gumam kami dalam hati masing-masing.
Mengingat yang terjadi hari ini, saat membereskan peralatan, penulis merenung, terkenang lagi ungkapan seorang penyair besar Indonesia, Umbu Landu Paranggi. “Ayo, basah-basahan, agar kuyup hidupmu, sehingga kamu bisa memiliki daya haru terhadap suatu momentum”, begitu ungkapnya pada Warih Wisatsana kawannya. Benar, kami terharu.
Oleh : Krispianus Hona Bombo