Pangkalpinang, YTKNews.id — Kemeriahan dan rasa penuh sukacita tercipta saat lima guru SMP Santa Theresia menari Tarian Sambut Melayu sebagai tanda dibukanya acara Hari Studi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Majelis Pendidikan Katolik (HSMPK) Keuskupan Pangkalpinang. Para guru yang biasanya mengajar Matematika, IPA, hingga Seni Tari ini tampil memukau dengan gerak gemulai layaknya penari profesional, membuktikan bahwa para guru juga mempunyai potensi diri yang mengesankan.
Dipercaya menjadi koreografer, Jovinka yang merupakan guru ekstrakurikuler seni tari SMP Santa Theresia berhasil membuat penampilan ini menjadi pusat perhatian seluruh tamu undangan. Yang mengejutkan, sebagian besar penari tidak memiliki latar belakang tari sebelumnya. Namun, berkat latihan yang rutin dan antusiasme yang tinggi, mereka mampu menampilkan gerakan yang harmonis dan sangat indah. Tidak lain dan tidak bukan para guru tersebut adalah Susana (pembawa daun sirih), Feby, Melva, Jovinka, dan Sandra.

“Saya patut mengacungkan jempol untuk rekan-rekan guru. Meskipun tidak memiliki skill dasar kepenarian, mereka berlatih dengan serius dan tampil sangat memukau, seperti penari profesional,” ujar Jovinka.
Lain halnya dengan Melva Sibarani, salah satu guru penari mengungkapkan perasaan groginya saat menampilkan tari sambut.
“Jujur saya merasa sedikit gugup sebelum tampil karena ini pertama kalinya bagi saya, tetapi saya sangat gembira dan senang dapat menunjukkan hasil latihan kami selama ini dengan sangat baik.”

Kepala Sekolah SMP Santa Theresia, Lancen, S.Ag, merasa senang karena SMP Santa Theresia diberi kepercayaan untuk menampilkan tari sambut. Beliau juga memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para guru penari atas usaha, latihan, dan semangat yang telah dicurahkan untuk memberikan penampilan terbaik.
“Secara khusus, saya ingin menyampaikan apresiasi dan rasa bangga yang sebesar-besarnya kepada para guru yang telah menampilkan tari sambut di awal acara kegiatan kemarin. Penampilan tersebut bukan hanya menghadirkan keindahan gerak dan harmoni, tetapi juga menunjukkan semangat pelayanan, kekompakan, dan kreativitas para pendidik di sekolah kita. Para guru rela mengorbankan waktu dan tenaga di tengah berbagai kesibukan,” ungkapnya.

Bukan hanya sekadar menjadi hiburan, Tarian Sambut Melayu yang dibawakan juga merupakan bentuk ungkapan budaya Bangka Belitung dalam membangun suasana yang hangat, ramah, dan bersedia melayani. Melalui tarian ini, tergambar sikap hospitalitas dalam menyambut tamu-tamu dengan ramah dan penuh kehangatan. Sedangkan dalam proses pembelajaran sehari-hari, kehangatan dan keramahan itu ditunjukkan dalam tugas pelayanan pendidikan kepada anak-anak didik.
Lebih dari itu, tari sambut yang dibawakan oleh para guru ini menjadi ungkapan nyata bahwa pendidikan bukan hanya soal pengetahuan, tetapi juga tentang nilai-nilai kebersamaan, budaya, dan pelayanan yang tulus.
“Saya percaya, sejalan dengan tema yang diusung dalam Hari Studi MPK kemarin itu, partisipasi para guru SMP St. Theresia dengan membawakan tari sambut menjadi bagian dari semangat sinodalitas — berjalan bersama, berkarya bersama, dan bersukacita bersama dalam pelayanan pendidikan Katolik.” pungkas Lan Cen, S.Ag.
Kontributor: Alexander