Belinyu, YtkNews.id – Suasana haru menyelimuti halaman SD Santa Agnes Belinyu pada Jumat, 20 Juni 2025, ketika seluruh guru, karyawan, dan siswa-siswi berkumpul dalam acara perpisahan untuk lima sosok yang begitu dekat di hati. Mereka berpamitan karena akan memasuki masa purna bakti, berpindah tugas, serta mengundurkan diri karena alasan pribadi. Lebih dari sekadar rekan kerja, kelimanya telah menjadi bagian dari keluarga besar SD Santa Agnes.
Salah satu sosok yang paling menyentuh hati adalah Krestoporos Suiswanto, atau yang akrab disapa Pak Is, yang selama 23 tahun 3 bulan mengabdi sebagai pramusaji di sekolah. Dengan penuh kesetiaan dan kerendahan hati, beliau telah melayani dengan kasih, menjaga kehangatan dan kenyamanan lingkungan sekolah setiap hari. Pak Is kini memasuki masa purna bakti, dan perpisahannya meninggalkan ruang kosong yang tidak mudah tergantikan.
Lause Devi, guru bahasa Mandarin yang telah 9 tahun setia mendampingi siswa-siswi SD Santa Agnes, juga berpamitan. Dengan alasan pribadi, ia memilih berhenti dari tugasnya. Sosoknya yang hangat dan penuh semangat dalam mengajarkan budaya Tionghoa akan sangat dirindukan.
Sementara itu, Prananta Tarigan atau Pak Pran, yang telah 5 tahun mengabdi di Yayasan Tunas Karya, memilih jalan hidup baru yang tak kalah mulia—menjadi biarawan di Biara Pertapaan Semarang. Ketulusannya dalam melayani dan senyumnya yang selalu menenangkan menjadi warisan rohani yang mendalam bagi banyak murid dan rekan guru.
Dua guru lainnya, Floryani Paula Dhale (Bu Rini) dan Gissela Arlin Diyanti (Bu Gisel), secara resmi pindah tugas. Bu Rini akan melanjutkan pelayanannya di SD Maria Goreti Sungailiat, sementara Bu Gisel kini akan berkarya di SMP Teresia Pangkal Pinang. Keduanya telah memberi warna tersendiri dalam dinamika pembelajaran dan kehidupan komunitas SD Santa Agnes.
Air mata tak terbendung ketika satu per satu guru dan karyawan menyampaikan pesan dan kesan untuk para rekan yang berpamitan. Tangis dan tawa berbaur, mengingat canda, perjuangan, dan kebersamaan yang telah membentuk ikatan yang lebih dari sekadar kolega—mereka adalah keluarga.
“Tidak mudah melepas orang-orang baik yang telah menjadi bagian dari hidup kita sehari-hari. Tapi kami percaya, ke mana pun mereka melangkah, semangat Santa Agnes akan terus hidup bersama mereka,” ujar salah satu guru dengan mata berkaca-kaca.
Acara ini menjadi cerminan betapa kuatnya nilai kekeluargaan, cinta, dan penghargaan terhadap sesama di lingkungan SD Santa Agnes. Di sinilah, anak-anak tidak hanya belajar membaca dan berhitung, tetapi juga menyaksikan secara nyata arti persaudaraan, ketulusan, dan perpisahan yang berkelas.
SD Santa Agnes Belinyu bukan hanya tempat belajar, tapi rumah kedua bagi siapa pun yang pernah menjadi bagian di dalamnya.
Reporter: Humas SD Santa Agnes Belinyu