Rekoleksi para pegawai kantor YTK ini sudah menjadi kegiatan rutin beberapa tahun terakhir. Kegiatan ini diharapkan menjadi moment pengolahan diri secara rohani, agar para pegawai tetap bisa hidup seimbang baik sebagai pekerja maupun orang beriman. Dalam keseimbangan hidup inilah, suasana hati yang bahagia diharapkan tercipta. Konsep demikian sesungguhnya sangat sejalan dengan pesan tema rekoleksi tahun ini yakni Menjadi Pekerja yang Murah Hati dan Bahagia. Romo Samuel yang menyampaikan pengantar untuk memasuki rekoleksi ini berujar mengatakan Kegiatan rekoleksi ini sesungguhnya dilakukan dalam konteks menjaga keseimbangan hidup para pegawai, antara aspek spiritual dengan aspek fisik. “Dengan demikian, diharapkan bahwa kegiatan ini mampu menjaga keseimbangan hidup kita sebagai karyawan sekaligus orang beriman dalam melayani masyarakat di bidang pendidikan”, paparnya.
Romo Dany Sanusi, OSC., yang menyajikan materi rekoleksi ini menandaskan bahwa untuk menjadi pekerja yang murah hati dan berbahagia, hal pertama dan terutama adalah melepaskan diri dari segala keterikatan atau kelekatan diri termasuk kekakuan pada kebiasaan atau tradisi, gengsi, maupun harta milik. Dengan mengambil dasar biblis dari kisah “perempuan Samaria” dalam Yoh 4:5-42), romo Rektor Seminari Menengah yang juga Wakil DIrektur Yayasan Salib Suci ini menegaskan bahwa ketiga hal ini merupakan penghalang bagi setiap orang untuk dapat berkarya dengan bebas dan menyenagkan. Lebih lanjut, beliau menandaska bahwa akibat dari keterikatan dan kelekatan ini adalah kondisi pribadi yang menjadi aus, luber, letih, jenuh dan sarat dengan beban yang berat.
Dalam situasi demikian, tidak mungkin lagi seorang pegawai menjadi seperti gembala yang baik yang selalu menawarkan air hidup bagi setiap orang yang dilayani. “Jika kita sudah menjadi aus dan luber maka tidak mungkin lagi kita dapat bekerja maksimal. kita justru aka menjadi letih dan sarat dengan beban baik di keluarga maupun di lingkungan atau komunitas kerja”, paparnya lebih lanjut.
Oleh karena itu, romo Dany mengajak para pegawai untuk bertobat dengan cara menanggalkan segala keterikatan dan kelekatan diri dan selanjutnya mengenakan model hidup perempuan Samaria dan pria Samaria yang berani beranjak dari masa lalu yang nyaman dan hidup dalam ketidaknyamanan mengikuti gairah Tuhan menjadi murid Kristus yang sejati. Dalam komunitas para murid Kristus ini, setiap pegawai diarahkan untuk belajar dari pola hidup jemaat perdana yang bertekun dalam pengajaran para rasul, hidup bersekutu dan bersatu, serta berani berbagi sesuai keperluan dan kebutuhan. “Dalam suasana demikian, sukacita injil akan semakin tampak dan berbuah pada kerelaan untuk peduli dan berbagi serta makin dicintai oleh masyarakat dan dunia.
Bapak Tris Budi, salah seorang peserta yang sudah sekitar 40 tahun berkarya di Yayasan Tunas Karya ini mengatakan bahwa tema rekoleksi ini sangat mengena dengan situasi pekerjaan di kantor. “Temanya oke dan mantap sesuai dengan job”, demikian paparnya singkat. Acara ini ditutup pada sore hari dengan misa bersama dan dilanjutkan dengan kegiatan rekreasi bersama. (tim kreatif YTK).