Pangkalpinang, YTKNews.id – Berbicara tentang SMK Tunas Karya Pangkalpinang, tidak bisa lepas dari kepala sekolah yang satu ini. Sosok ini boleh disebut Legenda Hidup sekolah yang memiliki Gedung termegah di Kota Pangkalpinnag, jika dibandingkan SMK dan SMA lain itu. Pasalnya, pria yang kerap jadi pemzmur di Gereja Katedral Pangkalpinang ini, dalam membesarkan SMK Tunas Karya tidak diragukan lagi. Mengingat sejak pertama bergabung dengan Yayasan Tunas Karya (YTK) pada tahun 1997 hingga saat ini.
Selama 26 tahun, ia tetap setia di SMK Tunas Karya. Dinamika membangun SMK Tunas Karya dengan segala suka dukanya sudah beliau alami dan lalui dengan semangat. Sejak SMK Tunas Karya masih berlokasi di Jalan Sungaiselan KM 4 dengan dua jurusan, jumlah siswa pun masih terbilang sedikit hingga sekarang menempati gedung megah di Jalan Toniwen dan sudah membuka empat jurusan dengan jumlah siswa yang lumayan banyak. Tidak berlebihan apabila beliau disebut sebagai salah satu legenda hidup SMK Tunas Karya saat ini.
Petrus Suwarjo, S.Pd. atau akrab dipanggil Pak Warjo, kepala sekolah yang lahir pada tanggal 5 Desember 1967 ini mengawali karir sebagai tenaga pendidik di SMK Tunas Karya pada tahun 1997. Riwayat jabatan beliau tahun 1998-1999 menjadi wakil kepala sekolah bidang kurikulum. Tahun 1999-2004 menjadi kepala sekolah, tahun 2004- 2014 sebagai guru mengampu mata pelajaran Matematika dan pada tahun 2014 kembali menjabat sebagai kepala sekolah hingga saat ini.
Saat ditanya alasan tertarik menjadi pendidik, kepala sekolah yang memiliki motto “Don’t put of until tomorrow what you can do today” dan “Hidup adalah perjuangan” ini mengisahkan bahwa cita-cita waktu kecil ingin menjadi pastor. Karena tidak disetujui orang tua, maka berubah keinginan menjadi penyuluh pertanian di kantor tempat ayahnya berdinas.
Lulus SMP Xaverius Metro tahun 1986, Suwarjo muda saat itu melanjutkan pendidikan ke SMT Pertanian Negeri Metro, sekolah kejuruan pertanian yang cukup favorit waktu itu. Pendidikan di SMT Pertanian Negeri Metro diselesaikan tanpa kendala yang berarti, bahkan selalu berada pada peringkat pertama sejak kelas 1 sampai dengan kelas 3 sehingga selama 3 tahun berturut-turut.
Bahkan,saat itu ia berhak mendapatkan beasiswa Supersemar. Setelah lulus SMT Pertanian, Suwarjo mencoba melamar menjadi tenaga penyuluh lapangan. Tes teori lulus, tetapi gagal pada psikotes sehingga cita-cita untuk menjadi penyuluh lapangan kandas.
Suwarjo mengubur cita-cita menjadi penyuluh pertanian, pada tahun 1987 melanjutkan studi di Universitas Muhammadiyah, salah satu perguruan tinggi lokal di Kota Metro dan mengambil program studi Pendidikan Matematika.
“Saat itu sambil kuliah, saya masih berharap siapa tahu ada panggilan dari kantor tempat ayah berdinas, meski sebagai tenaga honor saja. Tapi ternyata, panggilan tidak kunjung datang,” kenangnya.
“Saat itu juga kuliah sempat tertunda 1 semester karena masalah biaya, akhirnya tahun 1993, saya lulus dengan gelar sarjana pendidikan program studi Matematika,” ungkap Suwajo.
Saat ditemui kontributor YTKNews, Suwarjo menceritakan kiat sebagai Kepala sekolah sehingga sekolah yang dipimpinya dapat berkembang menjadi salah satu sekolah kejuruan favorit hingga saat ini.
“Saya tidak tahu kiat khusus. Saya hanya melaksanakan tugas yang diamanahkan dengan sekuat tenaga dan pikiran, segenap hati, baik dalam suka maupun duka, dalam untung dan malang,” ujar Bapak dari dua orang anak ini.
Suwarjo mengatakan saat itu ia berjuang melalui doa dan mencoba komunikasi dan koordinasi dengan pihak-pihak yang berwenang agar tidak menutup SMK Tunas Karya. Karena ia berkeyakinan kuat dan optimis Tuhan pasti mengabulkan doa.
“Syukur, SMK Tunas Karya beberapa tahun terakhir mulai dikenal banyak orang. Saya juga berharap ke depan SMK Tunas Karya selain menjadi tempat mendidik dan melatih peserta didik menjadi pribadi yang memiliki kompetensi tinggi, terampil, dan berakhlak mulia,” pesannya.
SMK Tunas Karya kini menjadi pusat diklat umum berkaitan dengan akuntansi digital, marketing digital, desain grafika, busana dan bidang – bidang lain yang relevan dengan konsentrasi keahlian yang dibuka. Lebih lanjut, Suwarjo berharap SMK Tunas Karya harus menjadi sekolah yang dinamis mengikuti perkembangan zaman. Maka perlu dikaji dengan saksama untuk penutupan jurusan yang sudah jenuh dan membuka jurusan yang peluang kerjanya besar dan banyak diminati. Dan tidak kalah penting, SMK Tunas Karya perlu meningkatkan kerjasama dengan DUDI agar pembelajaran link and match.
Di akhir wawancara, ia mengisahkan pengalaman lucu namun berkesan saat pertama menjadi kepala sekolah pada waktu pelantikan menjadi kepala sekolah.
“Waktu pelantikan hanya dihadiri empat orang yakni satu pengurus, dua kepala sekolah dan satu saksi. Tanpa ada foto – foto selebrasi. Berbeda dengan pelantikan kepala SMK yang lain,” ujarnya.
“Tak kalah lucu, saat mengikuti Rapat Kerja Yayasan Tunas Karya di salah satu hotel di Batam, masih banyak kepala sekolah yang belum terbiasa menggunakan fasilitas hotel termasuk saya,” candanya mengakhiri obrolan santai dengan penulis. (nys/sfn)
Reporter : Lukas Parjiyo