Home » Mengenal Sosok “Bukan Guru Biasa” dari SMAK Yos Sudarso

Mengenal Sosok “Bukan Guru Biasa” dari SMAK Yos Sudarso

oleh Redaktur Ytknews

YTKNews.id—-Berbicara tentang pendidikan, tak lengkap rasanya bila kita tidak membahas sosok-sosok yang berada di baliknya. Guru. Sebagai ujung tombak dalam dunia pendidikan, keberadaan mereka tentu menjadi salah satu kunci keberhasilan pendidikan di suatu bangsa. Kali ini kita akan berbincang tentang seorang guru di SMAK Yos Sudarso batam. Di sekolah yang telah berusia 32 tahun ini,  terdapat sosok “legend” yang layak mendapat predikat “Bukan Guru Biasa”.  Siapakah dia?

Dra Jenny Paulus, wanita kelahiran Kijang, 9 Januari 1968. Ia telah mengabdikan diri sebagai guru selama 32 tahun di Yayasan Tunas Karya (YTK). Ia layak disebut sosok guru yang luar biasa. Bagaimana tidak, beliau mengawali pengabdiannya sebagai guru sejak tahun 1991 atau sejak SMAK Yos Sudarso didirikan. Boleh dikatakan beliau adalah salah satu sosok perintis dari berdirinya SMAK Yos Sudarso.

Sehubungan dengan perayaan hari pendidikan, Jenny berkenan untuk berbagi kisah tentang perjalanannya menjadi pendidik. Beliau mengawali dengan mengisahkan makna pendidikan untuknya. Bagi ibu tiga anak ini, pendidikan bukan melulu tentang keberhasilan dalam hal akademik melainkan tentang menjadi manusia yang memiliki karakter dan daya juang. Petuah tentang ini kerap ia ucapkan pada para muridnya.

“Tidak bisa dipungkiri, ada naik turun kualitas karakter dalam generasi kita. Semakin modern zamannya, semakin berubah perilakunya,” ungkapnya mengawali cerita. Hal ini tentu saja menjadi testimoni yang valid, karena wanita yang disapa Bu Jenny ini, telah mendidik beberapa generasi selama pengabdiannya menjadi guru.

]Ia telah merasakan perbedaan karakter dari generasi ke generasi. “Oleh karena itu, saya selalu menasihati anak-anak tentang pentingnya memiliki karakter dan daya juang dalam hidup,” ujarnya. “Memiliki daya juang yang tinggi akan membuat mereka tidak mudah menyerah dan putus asa. Begitu juga bila memiliki karakter diri yang jelas dan baik, mereka akan mudah diterima dalam hidup  bermasyarakat,” imbuhnya.

Perubahan zaman memang tidak bisa kita lawan, tapi mempertahankan karakter diri yang baik adalah hal yang harus kita lakukan. Begitu kira-kira kesimpulan yang dapat dipetik dari kisah yang dibagi oleh Bu Jenny.

Sosok guru yang memiliki hobi memasak dan bertanam bunga ini dikenal sebagai guru yang tegas, disiplin tetapi baik hati dan penuh belas kasih. Sejalan dengan prinsipnya tentang pentingnya memiliki karakter sebagai buah dari sebuah proses pendidikan, Bu Jenny selalu mendidik murid-muridnya untuk berpikir sebelum melakukan suatu tindakan, karena baginya selalu ada konsekuensi dari setiap perbuatan, salah satunya hukuman. “Semua anak yang melakukan kesalahan biasanya saya minta memikirkan sendiri dimana letak kesalahannya, setelah itu baru dia simpulkan sendiri akibat dari perbuatannya” ujarnya sambil tertawa.

Tak hanya tegas dalam mendidik, ibu guru yang mengajar Matematika ini juga dikenal murah hati. Ia kerap membantu murid-muridnya yang mengalami kesulitan selama bersekolah. “Kita tidak selalu bertemu dengan anak-anak yang “beruntung”. Maka ketika murid kita butuh bantuan, sebagai guru dan pihak sekolah, sebisa mungkin kita bantu supaya ia tetap mampu melanjutkan pendidikannya,” ungkapnya melanjutkan cerita. Ia juga mengungkapkan bahwa peran guru sejatinya tidak hanya mengajar saja. “Guru juga harus punya rasa memiliki, perhatian, dan sentuhan kasih pada murid“ tambahnya. “ Kalau kita membantu siswa yang kesulitan atau sakit, yakinlah bahwa tangan kasih Tuhan datang melalui orang-orang di sekitar yang membantu.” Sungguh sebuah kalimat yang menyentuh perasaan, bukan?

Mendidik siswa menjadi manusia yang mampu memanusiakan orang lain sepertinya tidak hanya berhasil dipraktikkan Bu Jenny selama mengajar. Terbukti, setelah lulus, para alumni SMAK Yos Sudarso banyak yang begitu antusias ketika diajak terlibat pada kegiatan sosial dalam rangka kepentingan umum atau sekolah. “Saya bahkan masih berkomunikasi dengan alumni angkatan 91. Dan saya sangat bangga karena para alumni kita dari seluruh angkatan sangat terbuka bila diajak melakukan aktivitas sosial demi mendukung kegiatan sekolah atau masyarakat,” ujarnya sambil tersenyum.

Salah satu cara didik Bu Jenny inilah yang pada akhirnya membuat para muridnya selalu mengingatnya. Hal ini tentu membuktikan bahwa buah pendidikan dari seorang guru, hendaknya dapat dipanen murid-muridnya sampai seumur hidupnya.   “Anak-anak tidak akan lupa pada guru yang mendidik mereka dengan hatinya,” ujarnya memungkasi wawancara.

Murid kita mungkin tidak mengingat materi yang kita ajarkan, tapi ia akan mengingat apa yang telah kita lakukan untuknya. Selamat Hari Pendidikan Nasional bagi seluruh insan cendekia !

Reporter : Dwiky Natalia.

Anda mungkin juga suka

Tinggalkan Komentar

* Dengan menggunakan formulir ini Anda setuju dengan penyimpanan dan penanganan data Anda oleh situs web ini.