Pangkalpinang, YTKNews.id – SMA Santo Yosef Pangkalpinang dengan segudang prestasi baik akademik maupun non-akademik selalu punya agenda rutin setiap tahunnya. Agenda tersebut ialah Rekoleksi Peserta Didik yang merupakan sarana mewujudkan karakter khas sebagai sekolah Katolik.
“SMA Santo Yosef Pangkalpinang berupaya untuk menumbuhkan pribadi peserta didik yang bertanggung jawab dan bijak dalam kehidupan. Dengan menghadirkan berbagai aktivitas keagamaan yang disesuaikan dengan agama para murid masing-masing,” tutur Antonius Budi Prasetyo, Guru Pendamping Agama sekaligus Guru Agama.
Selasa (31/10/2023) di Pantai Tanjung Pesona, Sungailiat peserta didik kelas XI A,B,C,D,E mengikuti rekoleksi. Sedangkan untuk peserta didik kelas X dilaksanakan ditanggal 3-4 November 2023 di Puri Sadhana.
“Rekoleksi ini bertujuan untuk memberikan dukungan dan pendampingan perbaikan diri dan optimalisasi potensi para peserta didik sebagai manusia,” tutur Chatarina Wuri Handayani, Guru Pendamping rekoleksi atau Pendalaman Iman.
“Kita harus selalu menunjukkan kebaikan, bahkan kepada orang yang menganiaya kita. Ketika orang lain sedang bersusah hati, kita ikut bersusah hati. Demikian pula sebaliknya, ketika orang lain bersukacita, kita pun larut di dalamnya. Simpati dan empati adalah dua kata yang amat dalam dan penting artinya di dalam memelihara kesatuan. Kita diminta untuk tidak merasa lebih unggul, lebih pandai, atau lebih penting daripada orang lain. Sikap demikian adalah penghancur kesatuan dan kesehatian adalah menempatkan diri dengan baik, menangislah dengan orang yang menangis dan bersukacitalah dengan orang yang bersukacita. Dengan demikian, kita akan menjadi pribadi yang menyatakan kasih kepada sesama,” pungkas Romo Marsen yang membimbing Rekoleksi kelas XI A, B, C, D dan E
Tak ketinggalan juga Frans, S.Pd Ekop, Kepala SMA Santo Yosef Pangkalpinang menyampaikan bahwa tantangan, kesempatan dan peran pada diri remaja berjalan beriringan. Tantangan ini sering menjadi bagian kehidupan para murid dalam menjalani perannya sebagai seorang anak, pelajar dan bagian dari masyarakat. Ketika remaja dapat menjadikan tantangan tersebut sebagai suatu pemicu semangat dan bukan penghalang, maka ia akan dapat memaksimalkan potensi dalam dirinya. Dari sinilah, kami ingin mendukung peserta didik memaksimalkan potensinya sebagai makhluk spiritual.
Kegiatan rekoleksi ini diharapkan dapat memberikan ruang atau menjadi sarana bagi peserta didik dalam agama atau kepercayaan apa pun untuk memahami diri mereka dan dukungan Tuhan dalam hidup mereka.
“Hal ini sejalan dengan Emotionally and Spiritually Rich yang menekankan aspek refleksi. Kegiatan ini juga membantu peserta didik yang beragama Katolik maupun tidak untuk mengenal diri secara lebih baik dan sejauh mana Tuhan juga berperan aktif dalam pengalaman aktual mereka,” ungkap Romo Polce Pembina Lavita atau Puri Sadhana
Romo Polce juga menambahkan bahwa rangkaian kegiatan rekoleksi ini menjadi bagian dari pendampingan iman, pembangunan karakter, dan secara psikologis juga membantu murid merefleksikan khidmat dalam kehidupannya. Kegiatan ini diupayakan dapat membangun karakter secara reflektif dan psikologis. Selain itu peserta didik mendapat khidmat dan solusi dalam pergumulan hidupnya. Selama dua hari rangkaian kegiatan rekoleksi ini tidak hanya untuk pendampingan iman, karakter, tapi juga kesehatan mental peserta didik. Setelah itu kegiatan rekoleksi ditutup dengan foto bersama dan menyantap makanan yang telah di sediakan.
Penulis: Lukas Mileniawan