Pangkalpinang, YTKNews.id — GOR SMP Santa Theresia pagi itu terasa berbeda. Ratusan murid kelas 7 berkumpul, bukan untuk lomba atau pertunjukan, melainkan untuk belajar sesuatu yang selama ini jarang dibicarakan dan dianggap tabu, yaitu kesehatan reproduksi remaja. Di hadapan 169 murid kelas 7, tim kesehatan dari Puskesmas Melintang telah bersiap dengan alat peraga dan slide yang menarik.
“Hari ini, kita bebas bicara jujur tentang alat reproduksi yang kalian miliki,” ujar Bidan Amnahwati, A.MKeb, membuka acara sosialisasi. Senyumannya yang ramah memecah ketegangan dan mengundang senyum malu-malu dari para murid.
Sosialisasi ini bertujuan membekali remaja dengan informasi yang akurat, menggantikan mitos atau cerita dari internet yang menyesatkan. Dengan bahasa yang ringan dan interaktif, para murid diajak memahami bahwa perubahan tubuh, perasaan atau psikologis, dan kegalauan yang muncul adalah hal yang wajar.

Bagi murid perempuan dijelaskan secara lengkap tentang bagaimana penanganan yang tepat saat menstruasi. Mereka diajari cara memilih pembalut yang tepat, menggantinya secara rutin, hingga bagaimana cara menjaga kebersihan.
“Jangan malu bertanya soal pembalut dan membersihkan area kewanitaan kalian ke orang tua kalian saat di rumah atau ke guru-guru perempuan yang ada di sekolah. Hal ini sama pentingnya seperti menyikat gigi atau mandi yang harus dilakukan dengan benar sehingga betul-betul terjaga kebersihannya,” jelas Bidan Amnahwati.
Tak kalah penting, para murid laki-laki mendapat penjelasan tentang perubahan fisik yang mereka alami seperti mimpi basah, suara membesar dan tumbuh rambut di ketiak, kumis, janggut dan di sekitar kemaluan yang membuat beberapa dari mereka tersipu malu.
“Ini bukan aib, tapi bukti tubuh kalian berkembang dengan sehat,” ujar Bidan Amnahwati meyakinkan.

Baik laki-laki maupun perempuan tidak hanya mengalami perubahan fisik tetapi juga psikologis. Adapun perubahan psikologis yang akan muncul adalah mudah tersinggung atau marah, irasional, stress, takut, keinginan untuk mandiri, ekspresif dan selalu ingin tahu.
Puncak acara menjadi semakin serius ketika dibahas konsekuensi hubungan seks di luar nikah. Tim kesehatan menunjukkan bagaimana penyakit seperti HIV/AIDS bisa menular.
“Satu kenikmatan sesaat bisa mengubah hidup kalian menjadi susah selamanya,” pesan Bidan Amnahwati.
Yang menarik, materi tidak hanya berfokus pada larangan. Para murid diajak mengalihkan energi seksual mereka ke hal-hal positif seperti olahraga, seni, atau belajar keterampilan baru.
“Dorongan seksual itu seperti api. Bisa membakar rumah kalian jika tidak dikendalikan, tapi bisa menghangatkan dan menerangi jika diarahkan dengan benar,” analogi Bidan Amnahwati yang membuat semua murid mengangguk paham.
Kegiatan selanjutnya adalah sesi tanya jawab. Murid dengan antusias bertanya soal pubertas, jerawat, hingga cara menolak ajakan untuk berpacaran.

“Saya menyambut baik dan mengapresiasi kegiatan sosialisasi yang dibawakan oleh pihak puskesmas dan juga guru yang bersedia mendampingi. Kegiatan ini merupakan bagian penting dari upaya pendidikan kesehatan yang komprehensif di sekolah kita” ungkap Lan Cen, S.Ag, selaku kepala sekolah.
“Apalagi, anak-anak kita dalam masa transisi menuju remaja, di mana anak-anak mulai mengalami perubahan fisik, psikis, dan sosial secara signifikan.” sambungnya.
Ibu Lan Cen juga mengungkapkan bahwa melalui sosialisasi ini para murid dibimbing untuk memahami tubuhnya sendiri secara benar dan bertanggung jawab. Pengetahuan yang diberikan tidak hanya bersifat biologis, tetapi juga membentuk sikap yang sehat, penuh hormat terhadap diri sendiri dan orang lain, serta mampu memilah dan menyikapi berbagai pengaruh dari lingkungan dan media sosial yang kerap kali tidak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan dan perkembangan anak.
“Saya berharap ini menjadi awal dari pendidikan karakter dan kesehatan remaja yang lebih baik dan berkelanjutan di sekolah kita,” pungkasnya.
Kontributor: Alexander