Pangkalpinang, YTKNes.id — “Jangan hanya to exist tapi juga perlu to impact”, amanat Kristiawan, S.Pd. yang masih terngiang sampai saat ini. Amanat itu disampaikan pada upacara peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang digelar Minggu 17 Agustus lalu di lapangan upacara SMP Santa Theresia yang diikuti oleh SMA Santo Yosef dan SMP Santa Theresia.
Kristiawan, S.Pd. menyampaikan bahwa dalam menjalani kehidupan ini, kita tidak hanya harus “ada” atau “to exist”, tetapi kita juga harus memiliki tujuan yang lebih besar, yaitu memberi dampak positif pada sesama, atau “to impact”. Menurut beliau, setiap individu memiliki potensi untuk memberikan kontribusi positif, tidak hanya di dunia luar, tetapi juga di lingkungan sekolah yang merupakan tempat kita tumbuh dan belajar bersama.

“Ini adalah semangat yang terlihat sederhana, namun sangat penting. Kita perlu hidup dengan semangat untuk memberikan kontribusi, tidak hanya sekadar ada. Semangat ini perlu kita hidupkan setiap hari untuk membangun Indonesia yang lebih baik. Salah satu cara sederhana untuk menerapkannya adalah melalui kerja kelompok di sekolah. Dalam kerja kelompok, kita tidak hanya sekadar tampil, tetapi juga berani memberikan ide dan diri kita untuk menyelesaikan masalah atau persoalan yang ada,” jelasnya.
Sebelumnya, beliau juga menekankan pentingnya sikap tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk masalah yang hingga kini masih menjadi permasalahan serius di dunia pendidikan, yaitu perundungan atau bullying.
“Langkah pertama untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan sejahtera adalah dengan sikap anti terhadap perundungan dan kekerasan di lingkungan sekolah.” lanjutnya.
“Pesan yang saya dapat dari amanat upacara yaitu bahwa untuk membangun Indonesia dapat kita mulai dari diri kita sendiri, terutama di lingkungan sekolah. Kehadiran saya juga harus berdampak atau to impact bagi teman-teman terlebih dalam membangun sikap saling menghargai, berempati, dan bekerja sama” ungkap Klemens Rakha salah satu petugas upacara.

Kristiawan juga mengajak para murid serta guru untuk bersama-sama melawan perundungan dan menekankan bahwa solusi untuk masalah ini tidak hanya terletak pada hukuman atau larangan semata, tetapi pada perubahan sikap dan budaya di sekolah.
“Kita harus mulai dengan menghidupi nilai cinta kasih, membangun rasa empati, menghargai perbedaan, dan bekerja sama untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi semua,” ajak Kristiawan S.Pd, selaku pembina upacara dengan penuh semangat.

“Mari kita hidupkan semangat kemerdekaan dengan pesan sederhana yang saya sampaikan ini. Jangan biarkan perundungan merusak kebersamaan dan kenyamanan kita di sekolah. Ingatlah bahwa kita tidak hanya hidup untuk ‘to exist’—untuk sekadar ada di dunia ini—tetapi kita juga hidup untuk ‘to impact’, untuk memberikan kontribusi yang berarti bagi sesama. Bersama-sama, kita dapat menciptakan Indonesia yang lebih baik, dimulai dari sikap peduli dan saling menghargai.” pungkasnya.
Kontributor: Alexander