Home » SMP Santo Paulus Pangkalpinang Rayakan Keberagaman Indonesia melalui Gelar Karya Ini

SMP Santo Paulus Pangkalpinang Rayakan Keberagaman Indonesia melalui Gelar Karya Ini

oleh Marcelina Sandra

Pangkalpinang, YTKNews.id — Di tengah hiruk-pikuk kota Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung, sebuah panggung kecil di SMP Santo Paulus menjadi saksi bagaimana generasi muda merajut benang-benang keberagaman menjadi kain persatuan. Pada 10 Oktober lalu, siswa kelas 7 menyuguhkan Gelar Karya bertajuk “Wonderland Indonesia”, sebuah perpaduan tarian daerah yang memesona, disertai drama tentang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Acara ini bukan sekadar pertunjukan, melainkan pelajaran hidup tentang kebhinekaan tunggal ika—keberagaman yang menyatukan bangsa di tengah perbedaan budaya, suku, dan adat istiadat.

Bayangkan ini: Puluhan siswa kelas 7, dibagi menjadi 10 kelompok, bertransformasi menjadi duta budaya dari berbagai penjuru Nusantara. Mereka menari mengikuti irama lagu-lagu daerah yang ikonik, mulai dari “Paris Berantai” dari Kalimantan Selatan yang penuh semangat, hingga “Sipatokaan” dari Sulawesi Utara yang riang. Tak ketinggalan “Sajojo” dari Papua yang energik, “Soleram” dari Riau yang lembut, “Kampuang Nan Jauh di Mato” dari Sumatera Barat yang melankolis, “Janger” dari Bali yang mistis, “Manuk Dadali” dari Jawa Barat yang gagah, “Anak Kambing Saya” dari Nusa Tenggara Timur yang lucu, dan “Lelo Ledung” dari Jawa Tengah yang tenang. Puncaknya, lagu nasional “Bagimu Negeri” menyatukan semuanya dalam harmoni, mengingatkan bahwa di balik keberagaman, ada satu tanah air yang harus dijaga.

Setiap siswa tak hanya menari, tapi juga merancang dan menyiapkan pakaian serta atribut adat daerah sendiri. Dari kain ulos Minangkabau hingga topi Papua, semuanya dibuat dengan tangan mungil mereka, dibantu orang tua dan guru. Penampilan ini dirangkai dengan drama kemerdekaan, di mana siswa memerankan momen-momen heroik Proklamasi 1945—sebuah narasi yang membuat penonton, termasuk orang tua yang setia hadir, merinding mengenang perjuangan para pahlawan. Acara ini menjadi motivasi bagi anak-anak untuk mendalami budaya daerah, sekaligus mengasah kreativitas mereka dalam menghargai perbedaan.

Patrisia, siswa kelas 7B yang ikut serta dalam tarian, berbagi ceritanya dengan mata berbinar.

“Kegiatan ini benar-benar mengasah kreativitas kami, sekaligus membantu saya mengenal budaya daerah yang selama ini hanya saya baca di buku,” ujarnya.

Sementara Hans, salah satu pemeran dalam drama kemerdekaan, tak bisa menyembunyikan kebanggaannya.

“Saya merasa sangat senang dan bangga. Ini membuat saya lebih menghayati arti kemerdekaan, bahwa kebebasan kita hari ini lahir dari persatuan di tengah keberagaman.” tambah Hans dengan semangat.

Tak hanya kelas 7, acara ini menjadi pesta budaya lintas kelas. Kelas 9 turut serta dengan menyajikan dan menjual makanan hasil karya mereka yang laris manis di antara penonton. Sementara kelas 8 memukau dengan drama tentang kearifan lokal Pangkalpinang, menyoroti bagaimana masyarakat setempat hidup harmonis dengan alam dan tradisi.

Tonggo Silaen, salah satu pendamping guru, menekankan nilai mendalam di balik acara ini.

“Ini bukan hanya hiburan, tapi cara kami menambah semangat dan wawasan anak-anak tentang kebhinekaan serta persatuan dan kesatuan. Di era global ini, mengenal budaya sendiri adalah kunci untuk tetap bersatu sebagai bangsa,” ungkapnya.

Di tengah tantangan modern yang sering mengikis identitas budaya, Gelar Karya ini menjadi jembatan yang menghubungkan generasi muda dengan akar mereka. Melalui kegiatan ini siswa diajarkan bahwa keberagaman bukanlah pembeda, melainkan kekuatan yang menyatukan. Para orang tua yang hadir, dengan senyum bangga, menjadi saksi bagaimana dukungan mereka mendorong anak-anak untuk tumbuh sebagai warga negara yang toleran dan inklusif.

Acara yang berlangsung di GOR SMP Santo Paulus Pangkalpinang ini meninggalkan kesan mendalam bagi semua yang terlibat. Bagi siswa, ini adalah pelajaran berharga yakni sebagai pengingat bahwa persatuan lahir dari penghargaan terhadap keberagaman. Semoga inisiatif seperti ini terus bergema di sekolah-sekolah lain, menjaga api kebhinekaan tetap menyala.

 

Kontributor: Edi

Anda mungkin juga suka