Home » Mengharukan, Beginilah Perayaan Hari Ayah di SMA Santo Yusuf

Mengharukan, Beginilah Perayaan Hari Ayah di SMA Santo Yusuf

oleh Tarsisius Ramto Idong

Tanjung Balai Karimun, YTKNews.id — Suasana haru, sukacita, dan hangatnya kebersamaan keluarga menyelimuti Aula SMA Santo Yusuf dalam peringatan Hari Ayah Nasional 2025, Rabu, 12 November 2025. Dengan tema “Terima Kasih Ayah, Sudah Hadir”, sekolah berhasil menghadirkan rangkaian kegiatan penuh makna yang mempertemukan peserta didik dan ayah mereka dalam momen kedekatan yang jarang terjadi di tengah kesibukan keseharian.
Acara ini menghadirkan Dr. Rica Irma Dhiyanti, seorang doktor sekaligus narasumber yang dikenal luas melalui materi-materi tentang pembentukan karakter remaja dan keharmonisan keluarga. Pada kesempatan ini, ia membawakan materi khusus mengenai pentingnya kehadiran ayah dalam tumbuh kembang anak di era modern.
Kegiatan dibuka dengan sambutan Kepala SMA Santo Yusuf, Ibu Devi Rosianna Simamora, S.Pd., yang menegaskan bahwa Hari Ayah Nasional adalah momen refleksi sekaligus penghargaan terhadap setiap ayah yang telah memberi kasih, tenaga, dan seluruh daya untuk keluarganya.
“Ayah adalah figur yang mungkin tidak selalu mengungkapkan kasih sayang melalui kata-kata, tetapi tindakan dan pengorbanannya selalu hadir bagi keluarga. Hari ini, kita ingin memberi ruang bagi para siswa untuk menyadari betapa berharganya kehadiran seorang ayah,” ungkapnya dalam sambutan yang disambut hangat para peserta.
Pada sesi utama, Dr. Rica membawakan materi mendalam dan menyentuh tentang peran ayah. Ia menggambarkan ayah sebagai sosok yang memberi rasa aman, menanamkan nilai karakter, dan menjadi arah yang menuntun langkah anak.
Beberapa poin penting yang disampaikan antara lain:
1. Kehadiran Ayah secara Utuh
Tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga hadir dengan hati, perhatian, dan dukungan moral. “Banyak ayah hadir dalam diam, dan di dalam diam itu tersimpan keteguhan cinta,” ujarnya.
2. Ayah sebagai Pembentuk Karakter
Nilai disiplin, kejujuran, pengendalian diri, serta keberanian, kerap pertama kali dicontohkan ayah melalui tindakan sederhana sehari-hari.
3. Ayah sebagai Sumber Inspirasi Kerja Keras
Prestasi dan perjuangan hidup ayah menjadi motivasi kuat bagi anak untuk meraih impian.
4. Tindakan Ayah yang Lebih Berbicara daripada Kata-kata
Ayah mengajarkan ketulusan dan keteguhan melalui kerja keras tanpa banyak mengeluh.
Materi yang disampaikan dengan begitu empatik ini membuat banyak peserta didik terdiam, merefleksikan kembali perjalanan hidup mereka bersama ayah masing-masing.
Dinamika Ayah & Anak: Air Mata yang Menyembuhkan
Kegiatan berlanjut dengan dinamika kelompok yang menghadirkan ruang percakapan antara ayah dan anak. Para fasilitator mengajak keduanya menjawab pertanyaan-pertanyaan mendalam, seperti:

  • Apa momen paling berharga bersama ayah?
  • Apa yang ingin anak sampaikan tetapi belum pernah terucap?
  • Apa hal yang paling membanggakan ayah dari anaknya?

Suasana aula berubah hening, penuh ketulusan. Banyak siswa menangis saat menceritakan perjuangan ayah mereka, sementara sejumlah ayah tak kuasa menahan haru ketika mendengar isi hati anak yang selama ini tak tersampaikan.
Momen-momen ini menjadi jembatan emosional yang menghangatkan hubungan ayah dan anak.
Memasuki sesi puncak, setiap peserta menuliskan pesan khusus untuk ayah mereka—ucapan terima kasih, permintaan maaf, doa, hingga harapan. Ayah yang hadir pun membalas dengan menulis pesan untuk anak mereka.
Beberapa siswa membacakan pesan tersebut di depan forum. Salah satu pesan yang sangat menyentuh berbunyi:
“Terima kasih Ayah, karena selalu hadir meski tidak selalu terlihat. Terima kasih atas kerja keras yang kadang tidak sempat kami hargai. Aku bangga menjadi anakmu.”
Ketika pesan-pesan ini dibacakan, suasana aula dipenuhi pelukan, senyum haru, dan air mata bahagia.
Pihak sekolah menegaskan bahwa peringatan Hari Ayah Nasional bukan sekadar acara seremonial. Kegiatan ini menjadi sarana pembentukan karakter, memperkuat hubungan keluarga, serta membuka komunikasi yang selama ini mungkin tertutup.
Para guru SMA Santo Yusuf berharap kegiatan ini menjadi awal dari kebiasaan baru dalam keluarga: meluangkan waktu berkualitas, saling mendengarkan, dan saling menguatkan.
Acara ditutup dengan doa bersama dan sesi foto seluruh peserta. Lebih dari sekadar dokumentasi, kegiatan ini meninggalkan kenangan indah dan pelukan yang hangat antara ayah dan anak.
Dengan penuh cinta dan syukur, seluruh warga sekolah menyampaikan pesan bersama:
“Terima kasih Ayah, sudah hadir. Hadirmu adalah kekuatan, inspirasiku, dan cahaya bagi masa depan kami.” (Tri)

Penulis: Gracia Veronica Siregar, S.Pd.

Anda mungkin juga suka