Pangkalpinang,YTKNews.id–Kita sering melihat pendidikan dari kacamata yang sempit : anak-anak berseragam yang pergi pagi-pagi ke sekolah sambil menahan kantuk, untuk kemudian pulang siang atau sore hari dengan muka suntuk. Kurikulum atau pun paradigma Pendidikan yang berganti tiap ganti Menteri, administrasi dan ujian-ujian yang galak dan menakutkan, bahkan tak terduga membunuh karakter sesama.
Lagipula hari-hari ini pembejaran yang selama ini dilakoni melalui metode komunikasi antarpersonal atau tatap muka, mulai dianggap kuno karena model komunikasi media massa sedang menjadi primadona di masa pandemic ini. Komunikasi ala media massa pun dipakai dalam pembelajaran, tetapi teori-teori komunikasi media massa hanyalah menjadi mitos, tidak diperkenalkan sebagai logos.
Lantas, Pendidikan adalah, dan hanyalah tentang sekolah. Dan sekolah hanya jadi urusan nilai, hafalan dan media pembelajaran.
Sedangkan bagi media massa, Pendidikan bukan isu sexi yang mendatangkan pembaca dan karena sulitnya menarik iklan. Tak banyak koran yang mau merelakan satu lembar halaman mereka untuk berita dan cerita tentang Pendidikan. Kalau itupun bisa, bukanlah gratis. “Iya tidak ada makan siang gratis.”
Awak media hanya harap-harap cemas menunggu munculnya kejadian heboh yang laku dijual, umpanya Gedung sekolah ambruk, atau pembangunan sekolah baru itu mangkrak, penggelapan dana bos, bocoran soal ujian, atau guru mencubit siswa, dll.
Atau minimal pengalaman 3 tahun menjadi wartawan freelance di DPR RI, isu Pendidikan yang dibidangi oleh Komisi X DPR RI sepi dari buruan ratusan wartawan dari berbagai media yang berkantor di Press Room Senayan itu.
Beda dengan komisi II yang membidangi Pemerintahan Dalam Negeri, Komisi III yang membidangi Politik dan Hukum, atau komisi XI yang membidangi anggaran. Ketiga komisi ini jadi incaran awak media karena dianggap gudangnya realitas yang misterius, janggal, penuh kontroversial, unik, sexi, dan lain-lain.
Lantas mengapa Yayasan Tunas Karya harus membuat sebuah media khusus, padahal Pendidikan bukan meerupakan isu sexi? Mengacu pada paradigma berpikir konstruktivis, sebuah realitas dapat ter-branding sebagai isu sexi ketika sebuah peristiwa, kejadian, fakta, karya, fenomena dan juga prestasi, berulang-ulang kali diberitakan atau diproduksi oleh media.
Jika demikian, bagaimana jadinya kalau realitas fantastik, positif, bernilai,unik, unggul, bermutu, bercahaya, bereputasi, sungguh-sungguh ada di sekolah-sekolah kita, tetapi didiamkan? Atau kadang diberitakan pun, kalau pas ultah sekolah karena sambil memasang iklan di media terkenal itu?
Apakah keunggulan, juga mutu sekolah kita dapat dikenal orang hanya sekali diberitakan media dalam setahun? Nama besar sekolah katolik sih diakui…tetapi sekolah-sekolah lain sudah lebih gesit membangun persepsi negatif tentang kita secara door to door, karena kita lah pesaing mereka.
Lalu apakah kita masih merasa di zona nyaman karena nama besar sekolah kita? Saatnya kita semua mempersuasi satu sama lain lewat ajakan seperti ini, “mari dan lihatlah.” Diksi ini menyeruak Ketika, narasi dan ajakan “Mari dan Lihatlah” ini menjadi Paus Fransiskus pada hari Komunikasi Sosial Sedunia tahun 2021 ini.
Saatnya kita perlu bersosialisasi lagi. Dan YTKNEWS lah media kita untuk mensosialisasikan lagi karya, juga identitas kita.
“Tak kenal maka tak sayang, begitu juga karya kita.” Memang karya kita memang tidak perlu diakui karena sudah ada sejak 1920 an di wilayah Bangka Belitung, dan Kepulauan Riau. Tetapi kini, ada tuntutan zaman. Maka YTK melakukan Langkah tepat, memilih untuk merawat energi untuk berakselerasi dalam membangun sistem atau tata kelola.
Tata kelola yang dimaksudkan adalah tata kelola professional berbasis digital dan semakin kolaboratif. Jadi, bukan tata kelola yang biasa-biasa saja, ataupun model konvensional.
Sehingga kehadiran YTKNEWS.ID dirancang untuk menjadi penanda tata kelola komunikasi publik Yayasan Tunas Karya yang penuh harmoni kepada masyarakat luas.
Menjadi wajar adanya, ketika ke depannya, secara actual YTKNEWS.ID, mau tidak mau, menjadi pintu bagi yayasan pendidikan milik Keuskupan Pangkalpinang ini, untuk duc in altum. Beranjak lebih keluar, meluas, dan mendalam, untuk berkolaborasi dengan berbagai elemen dan institusi dalam masyarakat.
Tujuannya jelas. Mencerdaskan anak bangsa. Dan tidak hanya itu. YTKNEWS.ID juga hadir untuk berpartispasi bersama masyarakat dalam merawat kearifan lokal, kebhinekaan, dan memajukan peradaban bangsa dan dunia. (***)
Penulis : Stefan Kelen Pr