Parittiga, YTKnews.Id—Ada pertanyaan menarik, juga menantang, yang diajukan Uskup Keuskupan Pangkalpinang, Mgr Adrianus Sunarko OFM dalam perayaan ekaristi Pemberkatan Sekolah St Hilarius Parittiga, Sabtu 26 Maret 2022.
Secara garis besar, isinya pertanyaan Uskup Pangkalpinang itu, adalah biasanya kita memuji orang seperti apa? Apakah kita memuji orang yang suka memberi makan? Ataukah orang saleh, rajin beribadah?
“Kepada umat yang saleh, apakah Romo Polce sebagai pastor paroki memuji atau mencela?” tanya Mgr Adrianus secara retorik.
“Ataukah Romo Samuel sebagai ketua YTK, kalau ada calon karyawan, kebetulan suka membawa makanan ke keuskupan, apakah ia diterima sebagai karyawan?,” kata Uskup melanjutkan pertanyaan.
Pertanyaan-pertanyaan itu diajukan Uskup yang juga Profesor Teologi itu untuk menegaskan bahwa orang Farisi sekalipun hidup menurut aturan, tetapi sering dikritik Yesus.
Sedangkan di pihak lain, kata Ketua Pembina Yayasan Tunas Karya (YTK) pemungut cukai yang sama dengan para koruptor jaman kini, malah duduk makan bersama Yesus.
“Contohnya Matius pemungut cukai, justru makan bersama Yesus. Juga Zakheus pemungut cukai, rumahnya dikunjungi Yesus,” ungkap Mgr Adrianus OFM
Bagi Ketua Komisi Teologi KWI ini, orang Farisi terlihat sombong dan merasa diri saleh. Mereka juga, kata Uskup lagi, hidup sesuai tradisi.
Sedangkan pemungut cukai, kata Mgr Adrianus lagi, mereka merasa diri tidak pantas. “Bersedia untuk berubah. Tidak suka berada di zona nyaman dan tahu akan keterbatasannya dan mau berubah,” ungkap Mgr Adrianus dalam nada reflektif.
Dalam konteks dunia pendidikan, seperti sekolah St Hilarius dan sekolah-sekolah lain di bawah YTK, Uskup menegaskan agar insan pendidikan agar terus update diri. “Para pendidik harus terus kembangkan diri. Tidak merasa puas pada zona nyaman,” tegas Bapak Uskup.
Gedung baru, halaman rapi, juga terlaksananya Rakor di St Hilarius, bagi Uskup adalah isyarat atau tanda-tanda bahwa sekolah-sekolah YTK mau berubah. Pasalnya kata Mgr Adrianus lagi di situ ada dinamika.
Bagi Uskup kelahiran Merauke ini, dinamika mencerminkan bahwa insan YTK tidak puas dengann zona nyaman.
“Dinamika adalah pengakuan akan ada keterbatasan-keterbataaan, dan berusaha mencari sesuatu yang lebih baik. Dengan cara itu, kita bisa survive, tidak berdiam diri dalam zona nyaman, tetapi tetap berubah,” pungkas Mgr Adrianus OFM. (Sfn)
Reporter : Fadli Kelen