Batam, YTKNews.id—“Mendapatkan tidak sesulit mempertahankan.” Kalimat ini tentu tak asing lagi di telinga kita. Walaupun sama-sama membutuhkan usaha dan kerja keras, tetapi dalam mempertahankan tentu lebih banyak usaha ekstra yang harus kita kerahkan.
Demikian juga yang disampaikan oleh Christina Sumiyati, S.Pd.,M.M., wanita kelahiran Klaten, 20 November 1980 ini mengawali percakapan ketika kami bertanya mengenai suka duka menjadi kepala sekolah.
Awal Mula Memilih Menjadi Guru
Ia kemudian mengisahkan awal mula perjalanannya menjadi seorang guru. Dibesarkan oleh orang tua yang bukan seorang pendidik, Sumiyati kecil awalnya hanya pernah mengidolakan sosok guru dalam perjalanan usia kanak-kanaknya. “Orang tua saya bukan guru,” ujarnya, “yang guru malah keluarga besar saya yang lain, seperti bude, bulik, sepupu,” tambahnya.
“Saya hanya pernah menjadikan guru sebagai sosok idola. Saya memilih menjadi seorang guru, justru ketika mau memilih jenjang kuliah karena kepepet waktu. Bulik sayalah yang akhirnya membuat saya memilih pendidikan sebagai jurusan perkuliahan,” sambungnya lagi. “Dan saya memilih Matematika karena memang ini yang saya suka,” tuturnya mengakhiri cerita tentang awal mula memutuskan menjadi seorang guru.
Ketika pada akhirnya menikah dengan pria yang berprofesi sebagai guru Matematika, Sumiyati akhirnya menyadari bahwa lingkup kehidupannya adalah dunia pendidikan.
Tantangan Menjadi Menjadi Kepala Sekolah
Mengenai jabatan pimpinan yang harus diemban saat ini, Sumiyati mengatakan bahwa tak pernah sedikit pun terpikirkan dirinya akan menjadi kepala sekolah. “Tak pernah terbersit di pikiran saya,” ujarnya mengawali cerita. “ Selama ini saya hanya bekerja dan melakukan tugas saya sebaik mungkin. Tidak pernah berharap dan terpikir akan mendapat tanggung jawab sebagai kepala sekolah,” tambahnya.
Mengampu jabatan sebagai pimpinan tentu memiliki tantangan tersendiri. “Saya belum pernah berada di posisi manajerial. Ini adalah tantangan pertama untuk saya,” ujar wanita berzodiak Scorpio ini. “Saya belajar kecil-kecilan lewat kepercayaan-kepercayaan yang diberikan pada saya untuk memanajemen kegiatan, lalu koordinasi dengan teman-teman,” tambahnya.
Selain itu, ibu dua putri ini juga menyampaikan tantangan lain yang harus ia hadapi yakni mengendalikan diri sendiri. “Saya mengenal diri saya sendiri, kekurangan dan keterbatasan saya. Ketika menjadi pemimpin, ada hal-hal yang harus saya kendalikan karena saya berhubungan dengan banyak orang, harus mengayomi teman-teman,” jawabnya, “saya masih terus belajar,” tandasnya.
Menjalani tanggung jawab sebagai pemimpin tentu membutuhkan banyak usaha dan kerja keras. Ibu kepala SMAK Yos Sudarso ini menyampaikan bahwa sumber kekuatannya berasal dari tim yang ada di belakangnya. “Saya kuat karena tim saya kuat,” ucapnya. “Dukungan dari keluarga, teman-teman guru dan struktural sangat membuat saya kuat,” tambahnya lagi.
Sejatinya, memang tidak ada pemimpin yang mampu bekerja sendiri. Tim kerja yang sangat mendukung dan kompak adalah kunci dari keberhasilan yang ingin diraih bersama. “Kita tidak bisa berpikir dan bekerja sendiri, harus ada kerja sama dengan teman untuk mengakomodasi dan mengimplementasikan apa yang kita inginkan untuk kemajuan sekolah ini,” ujarnya lagi. Ia begitu meyakini bahwa kerja tim adalah kunci dari kesuksesan sebuah organisasi.
Menyikapi Peran Wanta Karier Sekaligus Ibu Rumah Tangga
Ketika kami membahas tentang kehidupan pribadi dan tips menjalani banyak peran dalam kehidupannya -yakni sebagai seorang ibu, istri, dan juga pimpinan-, wanita yang memiliki hobi bertanam bunga hias ini menjawabnya dengan tawa yang ringan.
Ia mengaku tak pernah menyiapkan strategi khusus untuk menjalani peran ini. “Mengalir saja. Hal yang prioritas harus dikerjakan, itu yang saya kerjakan,” ujarnya sambil tertawa. Ia pun bersyukur karena mampu menjalani semuanya dengan seimbang tanpa ada yang harus dikorbankan. “Waktu bersama keluarga memang berkurang. Saya kadang melewatkan momen-momen tumbuh kembang anak, tetapi karena keluarga memberi support sangat penuh pada pekerjaan saya, maka semuanya bisa berjalan seimbang,” ucapnya lagi.
Harapan Untuk SMAK Yos Sudarso
Berbicara tentang jabatan sebagai pimpinan, tentu kita perlu tahu mengenai harapan ke depan dari wanita yang baru saja menyelesaikan Pendidikan S2-nya ini. Sejak awal, ia mengibaratkan bahwa SMAK Yos Sudarso adalah alat transportasi. Mengapa begitu?
“Setiap kepala sekolah mengalami kesulitan yang berbeda di zamannya masing-masing,” sambungnya. Bila diibaratkan dengan alat transportasi, beliau mengatakan bahwa setiap periode kepala sekolah layaknya orang yang belajar menaiki alat transportasi yang berbeda-beda.
“Kita berkembang bertahap seperti naik sepeda, lalu meningkat naik motor, mobil, dan seterusnya. Semuanya punya kesulitan dan tantangan berbeda, namun pada akhirnya bisa diatasi,” imbuhnya lagi.
“Ketika saya mendapat tugas memimpin SMAK Yos Sudarso, sekolah ini sudah ibarat pesawat. Banyak tombol indikator yang harus saya kontrol dan kendalikan,” ucapnya meneruskan. Beliau pun mengatakan bahwa banyak tantangan berbeda yang harus dihadapi. “Level kesulitannya tentu tidak sama, karena mengemudikan pesawat tidaklah sederhana.”
Menjadi kepala SMAK Yos Sudarso beliau ibaratkan seorang pilot yang harus mengemudikan pesawat yang sudah terbang tinggi di angkasa. SMAK Yos Sudarso yang telah mengudara sejak tahun 1991 harus dijaga kestabilannya untuk tetap mampu ‘terbang’ membawa masyarakat yang telah percaya kepadanya. Tuntutan zaman yang terus berubah menyebabkan kontrol dan kendali harus tetap stabil. “Ibarat pesawat, kita pun harus berinovasi, seperti menambah kapasitas daya angkut pesawat, menyediakan fasilitas yang lebih baik demi kenyamanan penumpang yang kita angkut,” ujarnya memberi analogi.
Menyikapi hal ini, ia menyampaikan harapannya agar SMAK Yos Sudarso mampu menjawab kebutuhan masyarakat. Untuk mewujudkan harapannya tersebut ia menyampaikan bahwa kolaborasi bersama orang tua atau stake holder adalah kunci. “Saya berharap SMAK Yos Sudarso bisa menjawab kebutuhan mereka,” harapnya, “maka dari itu, melibatkan mereka, mengajak kolaborasi akan membuat kita semakin kuat dan SMAK Yos Sudarso pasti mampu bertahan serta tetap mendapat kepercayaan dari masyarakat,” ujarnya memungkasi pembicaraan.
Sepenggal waktu untuk berbincang dengan orang nomor satu di SMAK Yos Sudarso ini telah membuat kita mengetahui banyak hal. Tampuk kepemimpinan bukan hal sederhana yang bisa diwujudkan dari hasil kerja seorang diri. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan, dan seorang pemimpin akan berhasil bila segala tantangan yang dihadapi diatasi dengan melibatkan banyak pihak di sekitarnya.
Seperti kalimat yang diungkapkan Dahlan Iskan, “Kekompakan adalah kunci kesuksesan, dengan kompak antara pemimpin dengan orang yang dipimpinnya akan membawa bangsa ini maju lebih cepat.” Semangat selalu Ibu Sumiyati, terbangkan pesawatmu lebih tinggi! (sfn)
Penulis : Dwiky Natalia