Pangkalpinang, YTKNews.id — Setelah hari sebelumnya peserta didik Kelas VII SMP Santa Theresia berpusing-pusing ria menganyam tali kur untuk gantungan pot, hari keempat Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) juga diisi dengan kegiatan yang sama. Bedanya, jika kemaren anyaman yang dibuat untuk gantungan di depan kelas, maka hari ini anyaman yang dibuat untuk gantungan di tembok pada area lapangan olahraga. Jika sebelumnya, peserta didik sudah disulitkan dengan variasi dalam menganyam, hari ini variasi menganyam tali kembali bertambah.
Pasalnya untuk tembok di area lapangan olahraga ini cukup luas. Tembok lapangan sudah terpetak-petak menjadi beberapa bagian. Satu petak tembok akan digantung dengan empat pot tanaman dengan kriteria dua gantungan secara menjuntai terdiri dari tiga pot dan dua gantungan lainnya terdiri dari dua pot. Pot akan diuntai secara vertical. Sehingga ketika semua anyaman digantung, akan terlihat bentuk vertical garden. Para guru pendamping sudah membagi satu petak tembok akan dikerjakan oleh dua kelompok. Setiap kelompok akan membuat dua gantungan untuk satu petak tembok. Satu kelas terdiri dari enam kelompok sehingga diperlukan sebanyak 15 petak tembok yang akan digantung anyaman tali.
Pada pengerjaan kali ini, menunjukkan bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Kenapa begitu? Tak sedikit kelompok yang salah memahami maksud penjelasan para guru pendamping. Kelompok Gwen dari kelas 7E berbagi pengalaman mereka hari itu.
“Ternyata kelompok kami salah paham tentang instruksi yang diberikan. Kami kira untuk anyaman tiga pot itu, untuk sampe ke pot pertama total panjangnya 50 cm batu variasi. Ehhhh, ternyata pas minta penjelasan lagi, kami baru ngeh 50 cm itu udah sama variasinya.’’ tutur Gwen dengan antusiasnya.
“Kami lupa memperhitungkan variasi untuk melingkupi area potnya. Padahal udah dianyam sampe pot ketiga. Pas dicoba masukkin botol potnya, malah jatuh karena yang kami anyam itu variasi awal aja bukan variasi untuk potnya. Ihhhhh, keseeeel padahal udah capek buatnya.” ujar Nicole menimpali dengan menampilkan ekspresi kesalnya.
“Saya pikir, wajar jika anak-anak salah. Karena panjang anyaman tali yang diharapkan memang agak sulit untuk diukur. Semoga dengan proses yang dilalui hari ini, mereka bisa belajar lebih cermat lagi.” sahut Bu Feby salah satu guru pendamping, ketika ditanya perihal kesalahan tersebut.
“Mereka juga harus fokus, teliti, dan sabar. Dalam hal ini, kerja sama dalam kelompok juga diperlukan agar pengayaman tali dapat selesai dengan tepat.” tambah Bu Ida, guru pendamping lainnya.
Hingga waktu habis, beberapa kelompok mampu menyelesaikan anyaman khusus tembok lapangan olahraga.
To be continued…
Kontributor: Theresia F. Pakpahan