Foto : Para Kepala Sekolah YTK
Batam, YTKNews.id– Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) Ke-76 yang berlangsung di tengah pandemi covid-19 menjadi momentum bagi berbagai pihak untuk kembali merefleksikan makna kemerdekaan.
Makna kemerdekaan yang mendalam juga dirasakan bagi para kepala sekolah Yayasan Tunas Karya (YTK), hal itu diungkapkan para kepala sekolah saat diwawancarai oleh Tim YTKNews.id.
Kepala Sekolah TK Yos Sudarso 2, Marselina Kartika mengatakan bahwa makna kemerdekaan bagi pendidikan di tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah konsep belajar yang dipadukan sambil bermain. Masih adanya pemikiran bahwa anak-anak di usia TK harus bisa baca tulis hitung (calistung) bukanlah pemikiran yang tepat, karena menurutnya belum saatnya anak usia TK bisa calistung, karena menurutnya dunia anak adalah dunia bermain.
“Kami berharap para orang tua murid sepaham dengan kami bahwa di TK anak-anak tetap belajar tapi sambil bermain itulah kemerdakaan untuk anak-anak di usia TK,” kata Marselina, Selasa (17/8/2021).
Kepala SD Yos Sudarso 1, Didiek Dwi Atmaji mangatakan bahwa makna kemerdekaan dalam lingkungan sekolah adalah sekolah mampu menghadirkan merdeka belajar bagi para peserta didik, untuk itu SD Yos Sudarso 1 saat ini fokus pada konsep anak bisa belajar dimanapun dan kapanpun.
“Dan untuk materi pembelajaran pun kita tidak lagi berpusat pada satu sumber, kita mulai terbuka kepada sekeliling kita untuk memaknai untuk belajar, jadi bukan saja merdeka orangnya tetapi konsep belajarnya juga,” kata Didiek.
Ia mengungkapkan bahwa saat ini SD Yos Sudarso 1 sudah menerapkan pembelajaran by lingual karena menurutnya kemampuan berbahasa asing sudah merupakan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik supaya pengetahuan, pergaulan mereka kedepannya akan lebih luas.
“Puji Tuhan para orang tua murid juga sangat mendukung sekolah kita baik dari segi fisik sarana prasarana dan materi pembelajaran juga, contohnya memberikan link materi pembelajaran yang bagus, peran orang tua murid luar biasa dalam mendukung program-program sekolah,” katanya.
Kepala SMP Yos Sudarso, Agus Sekti Susila mengatakan makna kemerdekaan adalah bukan tentang kebebasan dari penjajahan melainkan kebebasan berekspresi, termasuk di dalamnya adalah dunia pendidikan yang terjadi perubahan pendampingan pendidikan.
“Dalam konteks kemerdekaan pendidikan, perubahan yang paling mendasar dan pokok adalah guru dan siswa, kebebasan berekspresi itu tentu mengajak guru untuk tidak bersifat administratif dalam metode pembelajaran dengan mengedepankan interaksi yang komunikatif sebagai pola pendampingan pendidikan,” kata Agus.
Ia menambahkan siswa menjadi sentral pendidikan yaitu siswa bisa menjadi guru bagi seorang guru dan menjadi guru bagi siswa lainnya. Menurutnya siswa juga dituntut untuk dapat berkreasi dalam menghadapi perkembangan jaman.
“Artinya seorang siswa harus bisa berkreasi dalam konteks mereka kritis, kreatif dalam pengembangan diri, mereka juga dituntut untuk public speaking, di situ lah bisa dikatakan sebagai sumber untuk belajar,” katanya.
Ia mengungkapkan bahwa di Tahun 2021, SMP Yos Sudarso menitikberatkan pada tiga aspek dalam memaknai kemerdekaan, yang pertama adalah keimanan, iman menjadi sesuatu yang hakiki untuk menjembatani anak untuk mampu mengendalikan diri dalam menghadapi tantangan dan godaan-godaan di jaman teknologi.
Diungkapkannya, aspek yang kedua adalah unggul, yaitu unggul dalam karakter kesahajaan, sopan santun, kreatif dan sebagainya dengan mengacu pada sepuluh keutamaan pendidikan YTK.
Aspek ketiga dikatakannya adalah berprestasi, dan dengan terpenuhinya aspek iman dan unggul, maka menurutnya prestasi adalah suatu hal yang diharapkan bersama. Agus mengatakan bahwa dengan dilandasi ketiga aspek tersebut, maka arus gerak pembelajaran dan pendampingan di Tahun Ajaran 2021-2022 tidak akan mengalami hambatan.
“Tiga aspek tadi bukan hanya menjadi konsumsi murid, tapi menjadi sistem sekolah, maka setiap pagi guru dan siswa wajib berdoa, membaca dan mendengar ajaran kitab suci, setelah itu barulah proses pembelajaran dimana guru menanamkan nilai yang kita tekankan pada 10 keutamaan pendidikan YTK,” kata Agus.
Kepala SMA Yos Sudarso, Sumiyati mengungkapkan harapannya agar dunia pendidikan di Indonesia semakin memerdekakan siswa, dengan mengimplementasikan pendidikan yang terdiferensiasi yang mengarah kepada bakat, minat, dan karakteristik siswa serta karakteristik wilayah.
“Seperti halnya latar belakang dan budaya siswanya, tidak mungkin anak yang berada di wilayah atau lingkungan petani tetapi kita berbicara tentang lingkungan industri ataupun sebaliknya, jadi lebih sesuai dengan karakteristik, minat dan bakat, serta latar belakang sosial dan budaya anak itu sendiri,” kata Sumiyati.
Untuk mewujudkan hal itu, menurutnya guru harus lebih kreatif dan inovatif untuk mengembangkan pembelajaran yang terdiferensiasi baik dari persiapan, pelaksanaan proses, hingga terdiferensiasi produk hasilnya.
Dari sisi peserta didik, ia mengatakan bahwa peserta didik saat ini dihadapkan pada tantangan untuk lebih meningkatkan kemandirian dan keinginan belajar, dan untuk mewujudkannya perlu dukungan dari lingkungan sekitarnya seperti orang tua dan para pendidik.
“Jadi harapannya adalah anak-anak harus sudah mulai teradaptasi dengan situasi pembelajaran yang notabene masih jarak jauh, harapannya juga mereka lebih mengeksplore kemampuan dengan teknologi yang ada dan memanfaatkannya untuk hal yang lebih positif,” katanya.
Ia mengingatkan para peserta didik untuk terus berprestasi meskipun di tengah pandemi, dan meskipun kolaborasi pembelajaran dilakukan secara daring, ia berharap para peserta didik mampu mengembangkan soft skill untuk menghadapi perkembangan jaman.
“Soft skill tersebut adalah kemampuan berkreasi, komunikasi, kritis, dan kolaborasi,” kata Sumiyati.(JnP/YTKNews.id)