Tanjung Balai Karimun, YTKNews.id – Lingkungan pendidikan St Yusuf, bukan lingkungan baru untuk Yohana Felicia, siswa kelas IV A SD St. Yusuf Tanjung Balai Karimun. Sebelum ia bersekolah di sini, kakak-kakaknya sudah lebih dahulu belajar disini. Pendidikan karakter yang diciptakan melalui berbagai kebiasaan dalam praktik sehari hari, dipadukan dengan pembelajaran matematika yang menyenangkan di sekolah ini, menjadikan Yohana Felicia membentuk dirinya untuk kelak dapat menjawab kebutuhan zamannya.
Yohana, sapaan Yohana Felicia, saat masuk SD St Yusuf, kakanya sudah duduk di kelas VII SMP St Yusuf dan satunya lagi di kelas VI SD st Yusuf. Sebelum sekolah, jelas Yohana sudah akrab dengan nama sekolah, bahkan nama satu dua guru di SD St Yusuf pun sudah ia akrabi. Maklum, kakaknya kalau pulang sekolah, selalu menceritakan apa yang terjadi di sekolah yang jelas tak lepas dari peran guru-guru di sana.
Itu baru nama guru, belum lagi kegiatan-kegiatan sekolah. Yohana yang berdarah Tanjung Balai karena ayahnya berasal dari sana, selalu disibukan dengan urusan kakak-kakaknya jika di sekolah bakal digelar kegiatan. Kadang ia hanya mendengar kakaknya bercerita, tapi kadang ia pun sering diminta bantu untuk menyiapkan segala sesuatu demi kegiatan kakak-kakaknya di sekolah.
Kalau begini kenyataannya, jelas tidak ada pilihan sekolah lain saat memutuskan masuk SD, kecuali mengikuti jejak dari kakak-kakaknya. Ia ingin apa yang dialami kakaknya, ia pun mengalami. Bahkan dari kehidupan sehari hari di rumah, ia tahu kedua orang tuanya sangat mendukung pendidikan kakak-kakaknya di Sekolah Santo Yusuf.
Apa yang dibayangkan tentang sekolah di Santo Yusuf tidak jauh berbeda dengan yang dialami kini. Guru-guru yang ditemui baik baik semua, lingkungannya asri, dan lebih penting sekolah tidak membeda-bedakan murid.
“Guru di sini, kalau mengajar selalu menyapa kami semua. Guru pun mengenal kami satu persatu, dan selalu mengingat nama semua murid,” kata Yohana.
Hal yang membuatnya merasa sangat berkesan, adalah saat jam istirahat sekolah tiba. Saat waktu bermain, tak ada sekat-sekat di antara mereka. Siapa saja dapat mengulurkan tangan untuk sebuah persahabatan. Nah, kata Yohana, di situlah kadang mereka saling bertukar cerita dan masing-masing saling mengetahui pengalaman ketika berada di luar sekolah.
“Saat istirahat, kalau berjumpa dengan adik dan kakak kelas, kami tetap menyapa,” ujar Yohana.
Tentang saling sapa mungkin diabaikan banyak orang, tapi untuk Yohana hal itu sungguh berkesan. Dia menceritakan bahwa saat tiba di sekolah pada pagi hari, murid-murid dan guru-guru di lingkungan St. Yusuf, sudah biasa untuk saling memberi salam.
Jadi begitu masuk pintu gerbang, dia tak pernah menemukan orang asing yang tak dikenal. Dia mengakui, hal inilah yang membuat lingkungan St Yusuf terasa nyaman untuk belajar dan bermain.
Setiap kelas punya cara memberi penghormatan kepada guru. Setiap kelas pun diwajibkan menyanyikan lagu “Indonesia Raya” setiap hari.
“Guru-guru di sini ramah dan baik. Guru dianggap wakil orangtua,” ujar Yohana.
Yohana, setiap pergi dan pulang sekolah, selalu diantar dengan sepeda motor. Hanya kalau saat hujan, orangtuanya selalu menjemputnya dengan mobil.
Yohana sangat suka dengan pelajaran matematika. Dia senang dengan hitung-menghitung, juga guru yang mengajar pun selalu menyenangkan. Kesenangan belajar matematika ini, membuatnya seringkali diikutsertakan dalam kegiatan olimpiade Matematika.
Sudah lebih dari lima kali ia ikut olimpiade, secara online. Pertama kali ikut pada tahun 2021. Kata Yohana itu karena disuruh mama. Peserta waktu itu se-Sumatera dan Yohana mendapatkan peringkat kelima. Nilai yang diraih Ketika itu 85.
“Perasaan kaget karena baru pertama kali ikut. Kalau tidak salah bulan November tahun 2021,” ujar Yohana.
Olimpiade kedua juga online, peserta se Sumatera, dari Medan sampai Lampung, pakai zoom. Siswa diberi waktu untuk mengerjakan soal hanya satu jam.
“Ini terjadi bulan Desember 2021. Walau jumlah soalnya sama yakni 50 soal, tapi lebih sulit dari olimpiade pertama. Nilai yang diperoleh masih sekitar 80-an ke atas,” kata Yohana.
Lomba ketiga, bulan Februari 2022. Pesertanya se-Sumatera. Yohana mengakui untuk olimpiade ketiga ini, soalnya lebih mudah. Dia mendapatkan nilai 90 dan memperoleh juara 4, dapat tropi dan piagam. Dia senang karena prestasinya naik.
Lomba keempat, bulan Februari 2022. Kata Yohana, soalnya lebih sulit walau jumlah soalnya 40. Bentuk soal pilihan ganda dari A sampai D. Untuk olimpiade ini, Yohana memperoleh nilai 80 dan mendapatkan peringkat 5.
Lomba kelima, bulan Maret 2022. Jumlah soalnya 50, dikerjakan dalam waktu satu jam. Hasilnya, dapat nilai 90-an dan memperoleh peringkat keenam.
Saat ditanya soal suasana belajar di kelas, Yohana mengatakan, sudah jadi kebiasaan dirinya dan teman-teman adalah selalu memperhatikan dan mencatat apa yang diajarkan guru.
“Semua kami melakukan hal itu yakni memperhatikan dan mencatat, karena guru kami sangat menarik dalam menjelaskan, hingga tak ada satu pun dari kami yang berbicara, sebelum diberi kesempatan untuk bertanya” aku Yohana. (ben)
Reporter : Fadli Kelen