Batam, YTKNews.id — Awan mendung menggantung menyelimuti kota Batam pada Rabu, 15 Februari 2023. Sekitar 151 siswa dan guru SMAK Yos Sudarso tampak memenuhi ruang tunggu Pelabuhan Telaga Punggur, Batam.
Antusiasme terpancar di wajah setiap siswa. Bagaimana tidak, ini adalah kali pertama mereka melakukan studi lapangan untuk belajar mengenal sejarah tempatnya bermukim selama ini. Sayangnya, cuaca tak bersahabat. Tak lama, hujan deras mengguyur bumi tanah melayu.
Seperti pernyataan seribu perjalanan dimulai dari satu langkah awal, para siswa SMAKYS mengawali belajar sejarah melayunya bersama-sama hari itu. Melangkah masuk ke kapal dengan iringan hujan yang deras, para siswa tetap semangat dan menikmati tiap detik perjalanannya. Wajah-wajah antusias tetap tergambar karena ada ilmu yang hendak dicari dan pengalaman baru yang menunggu di depan.
Proyek Kearifan lokal dalam rangka penguatan profil pelajar Pancasila ini dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran para siswa akan pentingnya melestarikan budaya lokal atau budaya di tanah mereka tinggal.
Sesuai pepatah ‘Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung’, begitu jugalah SMAK Yos Sudarso mendidik siswa-siswinya untuk senantiasa menjaga, peduli, dan melestarikan budaya tempatnya hidup dan bertumbuh.
Setibanya di Tanjungpinang, hujan mulai mereda. Di bawah rintik hujan, para siswa SMAKYS melintasi Lorong Bintan menuju ke Museum Sultan Abdurahman Badrul Alamsyah. Sepanjang jalan, siswa yang dibagi dalam lima kelompok dan didampingi lima orang guide mengamati dan menyimak penjelasan guide tentang kota tua Tanjungpinang.
Di Museum Sultan Abdurahman Badrul Alamsyah, seluruh siswa bersama kelompoknya dan didampingi guide memasuki ruangan yang terbagi menjadi lima ruang dengan kisah sejarah yang berbeda.
“Ruang pertama berisi tentang sejarah kota Tanjung Pinang, ruang kedua tentang arsip-surat-surat dalam bahasa Arab Melayu, ruang ketiga tentang karya sastra melayu, ruang keempat berisi foto-foto dan barang-barang peninggalan sejarah, serta ruang kelima berisi pelaminan orang Melayu dan baju-baju adat Melayu,” ujar Marganda, Gregorius Juan dan Mcjoe Petrunto ketika bercerita tentang pengalamannya di museum.
“Banyak informasi yang kami dapat dan itu membuat kami mengetahui banyak hal baru tentang budaya Melayu,” tambah William Nicholas salah satu siswa SMAKYS yang duduk di kelas XI.4.
Seluruh siswa tampak menikmati pembelajarannya di museum yang dulunya adalah sekolah dasar negeri pertama di kota Tanjung Pinang itu. “Pengalaman ini seru. Kami yang tidak pernah tahu sejarah Melayu, sekarang menjadi lebih paham dan mengenal sejarah Melayu,” ujar Joseph, siswa kelas XI.5 ketika ditanya mengenai perasaanya mengikuti trip kali itu.
“Bahkan saya merasa benar-benar tertarik untuk mengulas lebih dalam lagi seperti tentang raja-rajanya. Budaya Melayu ternyata luar biasa dan saya senang karena akhirnya saya tahu lebih banyak tentang budaya ini” tambahnya lagi.
Setelah mengunjungi dan belajar banyak hal di museum, para siswa pun beranjak menuju dermaga penyeberangan Pulau Penyengat. Perjalanan menuju Pulau Penyengat berlangsung lancar dan aman. Ombak yang tenang dan langit yang cerah mengantar para siswa menuju Pulau Penyengat yang menyimpan sejuta sejarah. Setibanya di Penyengat, masih bersama kelompoknya, para siswa berjalan kaki menuju tempat-tempat bersejarah seperti Masjid Raya Sultan Riau, Makam Raja Ali Haji, Makam Engku Hamidah, Makam Raja Jakfar, dan Balai Adat.
Di setiap lokasi, para siswa menyimak penjelasan dengan serius dan penuh rasa antusias. “Perjalanan ke Penyengat sangat seru,” ujar Steffie Alicia, siswi kelas XI.6 bercerita. “Saya sebelumnya tidak pernah berkunjung ke makam, dan ini pengalaman pertama yang mengesankan,” ungkapnya sambil tersenyum.
Tak hanya siswa, Pascalis Pandu Sanjoyo, S.Pd., selaku guru dan koordinator lapangan mengaku bersyukur bahwa kegiatan ini pada akhirnya berjalan lancar. “Cuaca yang kurang baik sejak pagi, sempat membuat khawatir, tetapi ketika di pertengahan cuaca mulai stabil, kita semua sangat lega,” ujarnya.
Kegiatan ini pun menurutnya memberikan banyak manfaat. “Siswa-siswi mendapat pembelajaran yang luar biasa. Banyak dari mereka yang belum pernah mengunjungi tempat-tempat bersejarah Melayu dan perjalanan ini menjadi pengalaman pertama yang disambut antusias oleh para siswa,” tambahnya.
Ia pun mengungkapkan bahwa beberapa siswa sempat menyampaikan bahwa komentar positif lain pun disampaikan oleh salah satu guide yang akrab dipanggil Bang Rambe. Pegawai Dinas Pariwisata ini mengungkapkan bahwa kegiatan ini sangat bagus dan bermakna. “Saya salut dengan konsep pembelajaran yang disusun oleh SMAK Yos Sudarso. Semua terencana rapi dan tertib,” ujar Bang Rambe.
“Para siswa pun sangat antusias, penuh rasa ingin tahu mereka sangat tinggi . Selain itu, mereka juga kooperatif sepanjang perjalanan. Semoga hal ini tetap dipertahankan karena siswa jadi bisa mengenal budaya Melayu dan mau ikut terus menjaganya,” tutupnya.
Demikianlah, perjalanan sehari menyelami sejarah tanah Melayu ke Tanjung Pinang dan Pulau Penyengat meninggalkan kesan yang dalam untuk siswa, guru maupun para pendamping. Semoga hal ini menjadi langkah awal yang baik menciptakan generasi yang mencintai dan menjaga sejarah sebagai bentuk implementasi dari sebuah bangsa yang jaya dan besar. (dwi)
Reporter : Dwiky Natalia