Sungailiat, YTKNews.id — TK Maria Goretti memiliki kebiasaan unik setiap pagi sebelum para siswa masuk ke dalam kelas. Berkumpul di teras depan yang menyerupai aula kecil, anak-anak usia dini tersebut nampak luwes meniru gerak dan lagu yang dicontohkan oleh para guru pada Kamis (12/12).
Ternyata, kegiatan ini sudah seperti jurnal pagi yang terjadi disini. Kepala TK Maria Goretti, Christina Dwi Pusparini, S.Pd mengaku tradisi ini selalu digiatkan dari dulu agar anak-anak lebih bersemangat memulai kegiatan.
“Kadang dari rumah masih ada yang mengantuk, ada pula yang masih ngambek. Jadi melalui gerakan dan nyanyian yang diperankan dengan semangat oleh para guru, semangat positif dapat ditularkan ke anak-anak,” ungkap kepala sekolah yang sudah bertugas selama 18 tahun menjadi guru TK tersebut.
Setelah itu para siswa berbaris dengan rapi diiringi lagu ular naga panjang dan beriringan masuk ke kelas. Tak berhenti disitu, ternyata suasana kelas yang menyenangkan kembali diciptakan para guru kelas.
Siswa kelas B1 membentuk lingkaran dan bernyanyi bersama sembari sang guru mengisi daftar kehadiran, diiringi tawa anak-anak kegiatan belajar mengajar menjadi sangat santai namun berisi.
Berbeda dengan kelas B2, pembelajaran dilakukan dengan menonton video berbagai jenis ular dari youtube. Anak-anak tampak serius menyaksikan video tersebut.
Dipenghujung kegiatan belajar mengajar usai, anak-anak tampak diberikan ruang untuk berekspresi menggali bakat dan minat masing-masing. Ada yang bermain angklung dan menyanyi daerah.
“Saya senang sekolah di TK Maria Goretti karena guru nya baik, dan mainannya banyak. Disini juga kami punya banyak teman,” ujar Josua, salah satu siswa kelas B.
Dibenarkan oleh Febi, anak berusia 5 tahun yang juga mengaku bahwa kakaknya juga merupakan alumni dari TK Maria Goretti.
TK Maria Goretti Rumah Terbuka Untuk Semua Anak
Christina mengungkapkan TK Maria Goretti merupakan rumah kedua bagi anak-anak yang mereka didik. Tak hanya itu, sekolah ini pun melayani seluruh anak-anak termasuk anak yang berkebutuhan khusus.
“Sekolah ini memiliki ciri khas Katolik, kami tidak menutup diri terhadap semua orang. Meskipun kami bukan profesional dalam mendidik anak berkebutuhan khusus tetapi kami selalu menerima keberadaan mereka untuk belajar dan bermain disini,” ujarnya.
“Tentu saja komunikasi dan kerja sama dengan orang tua terus kami bangun agar di rumah dan di sekolah memiliki frekuensi yang sama dalam memberikan pendidikan,” tutup Christina. ***
Reporter : Novita Yuliasari