Home » Melintasi Lautan Setiap Hari, Romantika Menuntut Ilmu di SD Carolus Ujung Beting

Melintasi Lautan Setiap Hari, Romantika Menuntut Ilmu di SD Carolus Ujung Beting

oleh humas YTK

Ujung Beting, YTKNews.id – SD Carolus merupakan satu satunya sekolah swasta Katolik yang berada di Pulau Ujung Beting, Kecamatan Senayang, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Menjadi sekolah yang paling jauh dari kantor pusat Yayasan Tunas Karya (YTK), ternyata sekolah ini mempunyai ciri khas dan keunikan tersendiri.

SD Carolus memiliki total keseluruhan 33 siswa. 16 orang asli dari Pulau Ujung Beting, 4 dari Pulau Senang yang tinggal di asrama, dan 13 anak dari Pulau Pongok yang harus menempuh perjalanan laut sekitar 15 menit setiap kali ke sekolah.

Pagi itu, 28 Juli 2022 pukul 06.00 WIB, tim media ini sudah stand by di pelataran dermaga menunggu sebuah kapal kayu yang akan datang dari Pulau Pongok menuju Pulau Ujung Beting. Usut punya usut, ternyata penumpang kapal itu merupakan tenaga pendidik dan peserta didik yang siap menjalani kegiatan belajar mengajar di SD Carolus.

“Setiap hari kami naik pompong ke sekolah, kalau hujan, kami pakai jas hujan besar dan sama sama berlindung agar tak kebasahan,” ujar Riski, siswa kelas V yang tinggal di Pulau Pongok.

Riski yang bercita cita menjadi masinis ini mengidolakan Yulita, S.Pd sebagai guru favoritnya mengaku senang bersekolah di SD Carolus karena disini ia mempunyai banyak teman dan guru guru yang baik.

Sumi, salah satu siswa yang berasal dari Pulau Senang yang tinggal di Asrama St Carolus mengatakan sudah lima tahun menempati asrama yang disediakan Paroki khusus untuk anak anak dari luar Pulau Ujung Beting yang bersekolah di SD Carolus.

Ia mengatakan orang tuanya yang memilih untuk menyekolahkannya di SD Carolus karena mutu pendidikan sekolah ini yang bagus.

“Bapak dan Ibu pilih di SD Carolus karena mutu pendidikan sekolah ini bagus dan disediakan asrama. Gratis yang ditanggung sama Romo Paroki,” ujar siswi yang bercita cita menjadi guru tersebut, Kamis, (28/07/22).

Sumi menceritakan kegiatannya ketika di asrama sehari hari tanpa adanya gadget maupun televisi.

“Pagi hari kami bangun jam 05.00 WIB, setelah itu mandi dan bersiap ke sekolah. Pulang sekolah setelah makan siang dan mandi, kami istirahat lalu malam hari kami belajar bersama,” pungkasnya.

Beda lagi dengan cerita dari Gebi, seorang putra asli Ujung Beting yang bercita cita menjadi guru di SD Carolus ini. Siswa yang suka membantu sang ibu menanam ubi dan kangkung tersebut juga seringkali menjadi misdinar di gereja Carolus.

“Kalau saya senang sama Pak Isfridus, beliau tegas dalam mengajar. Nanti saya mau lanjut sekolah yang tinggi, saya mau jadi guru dan mengajar di SD Carolus,” tuturnya sumringah. *(sfn)*

Memakai sepatu setelah turun dari pompong

Memakai sepatu setelah turun dari pompong

Penulis : Novie

Anda mungkin juga suka

Tinggalkan Komentar

* Dengan menggunakan formulir ini Anda setuju dengan penyimpanan dan penanganan data Anda oleh situs web ini.